Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Penting Menjadi Open Minded?

22 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 22 Juni 2021   07:09 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada banyak pendapat yang kita dengarkan setiap harinya, informasi sudah bertebaran dalam intensitas yang tak terhingga. Selalu ada yang baru, unik, berbeda, dan kontroversi. 

Pernahkah kita merasa kok dia begitu ya? Sepertinya dia keliru, bagaimana dia menyatakan itu? Atau di lain sisi kita sedang mengatakan bahwa akulah yang paling benar, aku sudah tepat kok, seharusnya seperti ini, dan harusnya begini. 

Semua pendapat sedang bertebaran dan menjadi musuh bagi indra pendengaran kita. Kebakuan dan kemutlakan tentang ide kita adalah hal yang utama sekaligus menjadi musuh terbesar bagi peradaban.

Kita tentu tidak senang jikalau pendapat kita dibantah atau ide kita ditolak. Hal ini menandakan bahwa kita menjadi dunia bagi diri kita sendiri. Ketika ada pendapat yang berbeda, kita dengan mudah meletakkan kedua tangan di telinga dari pada meletakkannya di depan mulut kita sendiri. Atau kita menolak akses indra penglihatan untuk menerima beragam informasi yang baru. Hal ini menunjukkan kekakuan diri sendiri terhadap sesuatu yang baru. 

Saya juga terkadang garang jika pendapat saya tidak menjadi ide atau gagasan yang utama dalam setiap forum. Saya merasa bahwa segala yang saya pikirkan dapat diterima dan masuk akal. Namun, saya sedang membongkar kebiasaan tersebut dengan menelanjangi pikiran dan memilih mengenakan pembaruan di dalam sistem berpikir.

Berpikir terbuka atau lebih sering dikenal dalam istilah asing open minded merupakan kondisi yang membuat pikiran terbuka pada ruang-ruang pengetahuan baru, informasi yang baru, menjelajah ide kreatif, dan beradu dengan perbedaan. Kondisi open minded menjadi kekuatan perkembangan seseorang dalam menciptakan daya dan gerakan yang baru. 

Orang yang memiliki pikiran terbuka condong mudah beradaptasi terhadap kebaruan, memiliki daya inovasi, serta dapat bersaing secara sehat. Open minded berbeda dengan berpikir radikal. Berpikir radikal menentang sistem yang baru dengan memasukkan info-info yang tidak tersaring bahkan menggerakkan sebagian besar orang pada tindakan yang kontroversial yang sesat. Hal ini berbeda dengan berpikir terbuka.

Berpikir terbuka mampu menyaring info-info yang ada menjadi sistem yang baru dengan mempertahankan formula pengetahuan lama namun telah berkembang serta sesuai dengan konteks saat ini dan masa mendatang. 

Kondisi berpikir terbuka sangat penting karena setiap hari pengetahuan selalu berkembang. Sehingga meningkatkan kualitas hidup di mulai dengan merombak kekakuan sistem berpikir menjadi luwes dan logis. Berpikir terbuka mendorong ide-ide pada pemecahan masalah yang dihadapi dan mematahkan cara-cara lama yang lebih sulit dan lambat. 

Orang yang memiliki pikiran terbuka akan mudah bersosialisasi dalam konteks kehidupan. Didorong dengan keinginan untuk menuntaskan perbedaan menjadi perpaduan yang menarik untuk menyelesaikan problema. Proses mengasah kemampuan berpikir terbuka tentunya dengan membuka mata dan telinga pada segala hal yang ada. 

Belajar untuk menjadi pribadi yang berpikir terbuka harus berani meninggalkan kebakuan ide yang sudah tidak relevan, tidak menyerah pada pendapat diri sendiri tetapi menemukan penguatan terhadap orisinal daya pikir, mengemukakan pendapat dengan berani, serta berani untuk mematahkan pandangan sendiri ketika sudah tidak relevan dan berjangka panjang.

Kesulitan seseorang dalam berpikir adalah keyakinan bahwa sudut pandangnya sudah lebih ideal dari semua pandangan lain yang ada. Penyebab lainnya bisa karena seseorang tidak memiliki banyak sumber untuk mengembangkan diri sendiri, masih takut menerima risiko, malas berproses, atau tidak mau belajar untuk berkembang. Sistem yang baku dalam berpikir membentuk benteng pertahanan yang hanya membuat kita ketinggalan dan sukar untuk bertahan dalam konteks yang semakin berkembang. 

Kemampuan berpikir terbuka dapat diasah dengan menggerakkan ide kepada beragam pendapat, membaca pengetahuan, serta terlibat dalam persekutuan atau kelompok-kelompok untuk menemukan adanya pandangan yang berbeda dari diri sendiri. Berpikir terbuka tidak hanya dalam lingkup sekolah atau pendidikan, tetapi juga dalam setiap ranah kehidupan. Memulai untuk menemukan pandangan dari sudut pandang yang lain adalah tahap awal yang tepat menjadi seseorang yang open minded.

Tidak hanya berhenti pada kepala, seseorang yang open minded ditunjukkan melalui tindakan, sikap hidupnya yang senantiasa ditunjukkan setiap hari. Pikiran yang terbuka membawa kita pada keputusan setiap hari untuk menentukan langkah yang akan dilakukan. Kita akan menemukan beragam jalur setiap waktu yang mengantarkan kita pada solusi, tetapi melalui  kemampuan berpikir terbuka kita akan menemukan langkan yang tepat dan futuristik atau berjangka panjang untuk menuntaskan masalah yang ada. 

Berhentilah mengeraskan diri pada pandangan sendiri, solusi tidak ditempuh pada satu jalur saja. Berpikir terbuka memberi ruang-ruang baru bagi perjalanan pikiran yang membuat tindakan nyata menjadi relevan dan solutif.

Salam berjuang bagi pengagum pandangan yang futuristik di segala peradaban. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun