Hal lain yang perlu diperhatikan saat penelitian kedelai adalah tingkat hormon dalam tubuh, karena kedelai dapat memiliki sifat estrogenik, efeknya dapat bervariasi tergantung pada tingkat hormon yang ada di dalam tubuh.
Jenis kedelai yang digunakan dalam penelitian juga penting. Jenis kedelai apa yang sedang dipelajari: Makanan dari kedelai utuh seperti tahu dan kacang kedelai itu sendiri, versi olahan seperti bubuk protein kedelai, atau burger nabati berbahan dasar kedelai? Makanan kedelai yang difermentasi atau tidak difermentasi? Jika menggunakan suplemen, apakah suplemen tersebut mengandung isoflavon atau protein kedelai?. Hal- hal inilah yang harus dipertimbangkan untuk menentukan apakah kedelai baik atau buruk bagi kesehatan.Â
Kedelai adalah makanan unik yang dipelajari secara luas untuk mengetahui efek estrogenik dan anti-estrogeniknya pada tubuh. Penelitian-penelitian yang ada mungkin memberikan kesimpulan yang bertentangan tentang kedelai, tetapi hal ini sebagian besar disebabkan oleh variasi  dalam cara mempelajari kedelai seperti yang disebutkan diatas.
Intinya, kedelai adalah sumber protein padat nutrisi yang dapat dikonsumsi dengan aman beberapa kali dalam seminggu, dan kemungkinan besar memberikan manfaat kesehatan-terutama bila dimakan sebagai alternatif daging merah dan daging olahan.
Pesan utama disini, sebaiknya kita menghindari mengonsumsi kedelai dan produk kedelai yang berlebihan, mengonsumsi produk olahan yang sudah dimasak dan difermentasi, dan sedapat mungkin menggunakan kedelai organik/alami sebagai bahan dasar olahan berbagai produk kedelai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H