Secangkir kopi hitam nan nikmat sungguh menemani ema Lukas di cahaya senja yang kian redup. Sereguk demi sereguk ema nimus menikmati kopi panas buatan istrinya tercinta. Apalagi campuran gula dan kopinya pas rasanya, membuat ema Lukas mereguknya penuh nikmat. "Ine Eeee... hujan juga belum turun mungkin ada orang-orang yang tebang pohon dihutan. Tidak hanya di kita sini saja, di daerah-daerah lain juga sama, seperti berita di TV kalau sekarang sudah terjadi pergeseran musim atau istilanya elnino, itu terjadi karena orang-orang suka tebang hutan...", begitu ema Lukas bercerita sambil mulutnya menikmati sedapnya kopi hangat di temani sebatang cerutu dibawah cahaya lampu neon yang merona.
Di tungku api, asap yang mengepul dari beberapa kayu bakar menerobos masuk di celah dinding bambu. Aroma sedapnya nika holo menguap dari dalam podo awu. "Itu sudah ema... pengaruh ada orang-orang yang suka bakar hutan dan tebang pohon, sehingga panas juga berkepanjangan". Ine Mince menyambung pembicaraan suaminya, sambil tangannya yang cekatan mengaduk-aduk nika holo dalam podo awu itu. Begitulah ine Mince, profil perempuan yang tekun, licah, dan cekatan walau sudah berumur pancawindu. Walaupun keringatnya berpeluh mengerudungi wajahnya yang ayu ketika beban terus menindih punggungnya bila kembali dari kebun. Baginya hidup itu adalah perjuangan. Belum tamat...!!!
Glosarium:Â
Sa'o waja : rumah adat
Ebu lobo: salah satu gunung tertinggi di pulau flores-nagekeo-boawae
Amekae: sapaan untuk orang tua (laki-laki)
Bupu gae: sapaan untuk orang tua (perempuan)
Lewu sao waja (bagian kolong rumah adat)
Ema: sapaan untuk laki-laki
Ine:sapaan untuk perempuan
Molo : okelah atau baiklah