Suara hati terabaikan dalam sunyi,
Pilihlah dengan bijak, bukan asal kosong,
Dalam bilik suara, tangis harap menyatu.
Di sana terbentang kertas putih,
Rahasia pilihan terkuak dalam tinta,
Mentari hak pilih menuntun arah,
Membentuk masa depan, tak terelakkan.
Dalam kelam, janganlah ragu,
Ketika hak memilih di genggaman tangan,
Suara yang terpendam di jiwa,
Merintih keadilan, memanggil harapan.
Tak kenal calon, tak kenal arah,
Namun nyoblos bukan sembarang tugas,
Bukan hanya sekadar coretan,
Namun getar nurani dalam setiap goresan.
Pilihanmu, bukan hanya satu,
Melainkan seruan dari jiwa yang merdeka,
Bertanggung jawab atas nasib sendiri,
Bukan hanya untuk hari ini, namun juga esok.
Tak kenal maka tak nyoblos,
Jangan biarkan malam merajut penyesalan,
Terkatung-katung dalam kelam,
Jadilah cahaya dalam lorong demokrasi.
Bergumul dengan ragam pemikiran,
Jangan sampai hak kita terbuang percuma,
Tak kenal, jangan hiraukan,
Namun pahami, renungkan, kemudian pilihlah.
Demokrasi tak hanya tentang proses,
Namun keputusan yang tumbuh dari hati,
Tak kenal maka tak nyoblos,
Hadirkan suaramu, bentangkan harapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H