2. Etika
Secara etika, pemikiran dan pandangan John Locke sangat menarik untuk dilihat dan kita refleksikan dalam menjalankan pendidikan di masa kini. Pandangan John Locke terhadap pendidikan yang baik adalah menciptakan seorang yang berbudi luhur diatas kecerdasan sangat mendukung tujuan pendidikan menurut UU no. 2 tahun 1985 yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggung jawab terhadap bangsa. Untuk menjadikan manusia yang berbudi luhur, John Locke berpendapat bahwa manusia harus menjadikan rasa sakit dan rasa nikmat sebagai dasar moral.
Ada satu prinsip yang menurut Locke perlu untuk dijalankan manusia, yaitu Prinsip Keutamaan. Prinsip keutamaan adalah kemampuan untuk menumbangkan selera dan keinginan seseorang terhadap perintah akal. Jika manusia dapat menjadikan rasa sakit dan rasa nikmat sebagai dasar moral dan menjalankan prinsip keutamaan, maka terciptalah manusia yang akan mampu mematuhi alasan rasional daripada hasratnya. Dalam buku Some Thoughts Concerning Education, Locke memberikan pesan kepada para pendidik.
Menurut Locke anak-anak tidak boleh dipaksakan belajar saat sedang berada pada kondisi tidak mood; tidak boleh dipukuli atau ditegur dengan mengeluarkan kata-kata kasar; lebih melibatkan mereka dalam percakapan dibanding dikuliahi; mengapresiasi ide mereka serta tidak mengekang dan menghukum. Alasan Locke mengatakan hal ini karena pada umumnya anak-anak tidak memahami apa itu aturan; karena tidak memahami apa itu aturan, anak-anak tidak dapat mengingatnya, sehingga mengajar dengan aturan adalah kontraproduktif. Sebaiknya guru perlu merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter serta temperamen siswa. Dengan demikian, siswa akan menganggap belajar adalah hal yang menyenangkan, dan semakin berupaya untuk menjadi baik dan menumbuhkan rasa hormatnya terhadap orang lain.
Ada juga pesan John Locke untuk para orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Peran orangtua dalam mengembangkan “prinsip keutamaan” kepada anak-anak memanglah penting; tetapi John Locke mengatakan saat berada pada masa kanak-kanak, orang tua perlu mendidikan anak dengan menumbuhkan rasa takut anak terhadap orangtua tanpa menghilangkan rasa kagum anak terhadap orang tua dan membuat anak merasa bahwa ia tidak disayang. Tujuan dari hal ini untuk membuat anak memiliki rasa hormat. Ketika dewasa, orangtua sebaiknya menunjukkan rasa cinta kepada anak-anaknya dengan lebih menghormati pendapat anak, dan tidak mendidik mereka seperti saat mereka masih kanak-kanak.
3. Epistemologi
Lantas, dari mana sebenarnya manusia memperoleh pengetahuan menurut filsuf John Locke? Secara epistemologi, John Locke mengatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman; hal ini disebut sebagai Empirisme Locke. Mengenai ide, Locke mengatakan bahwa Ide adalah objek pemahaman manusia ketika manusia itu berpikir dan objek dari kesadaran. Ide-ide yang dimiliki manusia bukan berasal dari bawaan, melainkan dari pengalaman; bisa dari pengalaman lahiriah yang terjadi karena adanya bantuan dari panca indera yang menimbulkan sensasi atau perasaan secara langsung dan pengalaman batiniah yang muncul saat kita melakukan introspeksi terhadap sesuatu yang kita lakukan.
Mengenai pengetahuan, Locke mendefinisikan pengetahuan sebagai sebuah pemahaman atau persepsi tentang hubungan dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dari ide-ide kita yang diterima dari sensasi dan refleksi. Ada 2 jenis pengetahuan menurut Locke, yaitu Pengetahuan aktual dan pengetahuan habitual. Ketika seseorang telah membuktikan bahwa sesuatu betul-betul terjadi dan bisa menunjukkan bukti nyata berupa adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian, maka dapat dinyatakan bahwa pengetahuan seseorang bersifat aktual. Jika bukti-bukti tidak ada dalam pandangan aktual dan lebih kepada pengetahuan memori, maka pengetahuan orang tersebut dianggap sebagai pengetahuan habitual.
Penolakan John Locke terhadap penalaran bersifat a priori yang melibatkan intuisi sebagai sumber pengetahuan sekaligus menolak kepercayaan filsuf lain tentang perolehan pengetahuan secara deduktif. Karena itu, John Locke berpandangan bahwa untuk memperoleh pengetahuan manusia bisa menggunakan penalaran induktif. Penalaran ini bertolak dari fakta-fakta khusus ke kesimpulan secara umum. Untuk bisa memperoleh pengetahuan yang benar, manusia perlu konsisten memperhatikan objek maupun gejala tanpa melibatkan pendapat yang datang dari luar, setelah itu fokus mengamati objek dan gejala yang ditangkap indera, dari hasil mengamati kemudian menarik kesimpulan umum berdasarkan gejala yang muncul.
Menurut para kaum empiris, satu-satunya pengetahuan yang benar dan sejati adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengelaman dan pengamatan pancaindera. Mengapa panca indera penting? Karena semua proposisi yang kita ucapkan adalah hasil laporan dari pengalaman atau yang disimpulkan dari pengalaman. Kita tidak mempunyai konsep atau ide apapun tentang sesuatu kecuali yang di dasarkan pada pengalaman, sementara akal budi hanya bisa berfungsi jika mempunyai acuan ke realitas atau pengalaman.
KESIMPULAN