Apa yang dapat kita syukuri dari pandemi? Bagi saya salah satunya belajar daring. Walau sangat menguji kesabaran, belajar daring memberikan pengalaman pada anak saya yang berusia 6 tahun untuk belajar coding. Iya, anak TK belajar coding!
Belajar Coding untuk Anak TK itu Mudah
Hal ini bermula dari permintaan SID, anak saya, belajar coding. Tumben, lho, mengingat akhir tahun lalu ia mogok ikut kelas online karena bosan dengan cara belajar via daring.
Permintaan tersebut saya sambut dengan mencari informasi kelas-kelas yang ada. Mumpung ia sedang berminat maka insya Allah proses pembelajaran akan lebih mudah dan minim drama.
Alhamdulillah ada acara yang diselenggarakan salah satu komunitas di Kalimantan Timur mengenai pengenalan awal akan coding. Uniknya, pembicara event tersebut seorang anak SD yang sudah menjadi coder sejak usia 6 tahun. Ia juga telah menjuarai berbagai lomba seputar coding.
Pada workshop singkat tersebut, SID mengenal apa itu coding dan mencoba membuat gim sederhana menggunakan Scratch. Awalnya ia mengikuti tahap demi tahap instruksi yang dicontohkan namun lama-kelamaan ia mencoba eksplorasi sendiri menu-menu yang ada.
"Bu, lihat. Gambarnya jadi besar," ujarnya menunjukkan animasi yang nampak pada layar. "Wow sekarang muter-muter."
Eh ... eh ... bagaimana ceritanya tadi kok sudah bisa begini? Justru saya yang kelabakan melihat hasil eksprimennya. Begitulah anak-anak, belajar melalui percobaan menjadi hal yang menarik. Mereka tidak takut mencoba.
Selain belajar coding menggunakan gawai seperti di atas, SID juga belajar unplugged coding. Bedanya, unplugged coding ini belajarnya screen-free, tanpa gadget, lebih ke media kertas atau kegiatan motorik.
Anak belajar algoritma, sequences, pixel art, memahami arah, dan memberi perintah pada robot buatannya. Terdengar kompleks? Iya tetapi sebenarnya dapat dipelajari dengan aktivitas sehari-hari yang dekat dengan anak.Â
Contohnya algoritma menyikat gigi itu maksudnya menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan saat menyikat gigi seperti mengambil pasta gigi, membukanya, mengambil sikat gigi, menekan pasta gigi hingga pastanya di atas sikat gigi, dan seterusnya.
SID juga belajar memberi perintah pada robot untuk membersihkan sampah-sampah di laut. Kami membuat arena bermain menggunakan matras, meletakkan beberapa mainan hewan laut, dan juga botol plastik. Lalu ia harus mengarahkan robot untuk lurus, belok kanan, atau belok kiri dari garis awal ke tempat-tempat yang ada sampahnya.
Aktivitas di atas nampaknya sederhana tetapi menantang bagi anak yang masih belajar mana kanan, mana kiri. Sebenarnya coder hanya berdiri di pinggir arena untuk mengarahkan robot namun karena ia masih perlu memahami arah, SID pun ikut bergerak bersama si robot.
Jaringan Internet Mendukung Pendidikan
Belajar menerjemahkan perintah komputer lewat unplugged coding (dok. pri)
Belajar coding pada anak usia dini ternyata lebih sederhana dari yang saya duga. Kegiatannya dekat dengan keseharian anak, bentuknya konkret sehingga mudah dipahami.
Saya sendiri sadar diri enggak paham dunia coding maka butuh belajar ke ahlinya. Alhamdulillah ada internet yang membuat dunia semakin dekat. Belajar dapat dilakukan kapan saja, dengan siapa saja, melalui banyak platform.
Belajar tanpa batas seperti ini alhamdulillah didukung dengan kelancaran sinyal dan kuota internet. Kalau di kelas tatap muka biasanya domisili peserta di sekitar kota itu saja, belajar daring membuka peluang peserta dari seluruh Indonesia belajar bersama dalam satu ruang.Â
Termasuk ketika mengikuti kelas-kelas coding di atas, sifatnya jarak jauh. Kami di Jakarta sementara pengajar di Samarinda, Sangatta, juga Sidoarjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H