Jembatan Cinta
Perjalanan kami lanjutkan dengan menyeberangi jembatan kecil yang hanya dapat dilalui motor dan manusia. Jembatan ini membentang di atas kali.Â
Insya Allah Jembatan Cinta, begitu kami menyebutnya, kuat dan aman. Namun, membawa dua anak kecil cukup menantang. Khawatir mereka ngintip ke bawah, meleng, mak byur ....
Menyeberangi jembatan membuat kami belajar keseimbangan dan kehati-hatian lebih hati-hati lagi.
Pemandangan kali di jembatan ini sungguh tidak sedap dipandang. Airnya keruh, gelap, dan banyak sampah terombang-ambing di sana. Sering kali kami melihat petugas kebersihan membantu melancarkan aliran sungai dengan excavator, menjaring sampah, namun tetap saja banyak sampah hanyut di sana. Ku gemas dengan pihak yang membuang sampah sembarangan di sungai!
Kehausan
Dari Jembatan Cinta, kami mengambil rute menyusuri kali. Ada opsi lain untuk masuk ke gang sebelah tapi itu lain kali, lah.
Di sepanjang kali, berdiri rumah-rumah pemotongan ayam. Terdapat kotak-kotak besar untuk membawa ayam menggunakan mobil. Ada drum-drum biru tempat merendam ayam. Nampak juga lantai yang kusam berbercak merah tempat pembantaian, eh pemotongan ayam terjadi.
Tak terasa perjalanan kami semakin jauh. Mau pulang ke rumah perlu menuntaskan jarak yang cukup panjang juga karena tidak ada jalan pintas. Anak-anak pun mulai kehausan dan kami tidak membawa bekal.
Sepanjang jalan yang kami lalui tidak ada toko atau warung yang buka. Si sulung perlu belajar menahan rasa haus dan lelahnya berjalan kaki. Satu lagi pembelajaran pagi itu.
Sampai di perempatan jalan, alhamdulillah ada minimarket buka. Kami rehat sejenak di sana.