Anak-anak belum dapat mengekspresikan rasa duka mereka dan melampiaskan rasa frustasi mereka dengan berbagai cara.
Bagi pasangan suami istri yang kehilangan pasangan, kematian terasa menghancurkan hati dan mengguncang jiwa. Terutama bagi pasangan yang menikah cukup lama dan menganggap pasangannya juga sebagai sahabat baik.
Hidup yang biasanya diarungi bersama-sama, sekarang diarungi sendiri, sehingga menimbulkan rasa kesepian dan ditinggalkan. Untuk istri yang kehilangan suaminya, masalah finansial juga menjadi persoalan baru setelah kematian suami.
Bagi orang-orang yang kehilangan teman baik, kematian juga dapat menyebabkan rasa kesepian dan kehilangan. Tidak ada lagi teman bicara untuk mencurahkan isi hati dan berdiskusi untuk memecahkan persoalan. Tidak ada lagi teman untuk melakukan hobi ataupun sekadar berbincang.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “Di mana Tuhan?” dan “Kenapa ini terjadi?” sering terucap saat berduka.
Tidak jarang, rasa marah juga muncul saat berduka. Duka cita juga dapat membuat seseorang merasa rentan dan tidak berdaya.
Tahapan Duka (Grief)
Dalam bukunya “On Death and Dying”, Elizabeth Kübler-Ross, seorang pskikiatri berkebangsaan Swis-Amerika, membagi duka dalam 5 tahap: denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance.
Teori yang dikembangkan oleh Elizabeth Kübler-Ross ini dikenal sebagai model Kübler-Ross.
Denial adalah tahap di mana orang yang berduka berpura-pura bahwa kehilangan atau perubahan tidak terjadi atau menolak apa yang terjadi.