Nah ini adalah pokok permasalahan yang dari awal kita bahas. Nasihat atau teguran itu, ternyata lebih baik disampaikan secara empat mata dengan orang yang bersangkutan. Tidak melalui kolom komentar di media sosial, atau hal lain yang serupa.
"Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia... Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya." (Jami' Al 'Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
"Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!" (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
- Mendoakan dengan sungguh-sungguh
Hal terakhir yang bisa kita lakukan adalah dengan mendoakan orang tersebut agar kedepannya dia bisa berubah menjadi lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahannya. Selain itu juga, Kita harus meniatkan teguran ini semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT. Bahkan dalam kegiatan lain, apa pun yang dilaksanakan dengan niatan yang baik, sudah sepantasnya kita hanya mengharapkan ridho dari sang ilahi agar apa yang kita lakukan bisa mendapatkan keberkahan.
"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya."(HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua cucu nabi, yakni Al Hasan dan Al Husein juga mencontohkan etika menegur yang baik. Mereka mendapati ada seseorang yang tidak berwudhu dengan baik. Keduanya pun langsung menghampiri orang tersebut.
"Pak, saudaraku ini mengaku wudhunya lebih baik daripada wudhuku, padahal aku merasa wudhuku sudah seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Sekarang, tolong beri penilaian mana yang paling baik, wudhuku atau wudhunya?" kata Al Hasan. Keduanya lalu sama-sama berwudhu seperti wudhu yang biasa dilakukan Nabi SAW.
Selesai berwudhu, keduanya menanyakan ihwal wudhunya kepada lelaki itu. Merasa salah dalam berwudhu, lelaki itu pun berkata, "Demi Allah, saya sudah tidak berwudhu seperti yang dilakukan Anda berdua."
Disitu Al Hasan dan Al Husein berusaha memberikan contoh agar orang tersebut sadar akan kesalahannya. Islam juga mengajarkan tata cara dalam menegur umat dari agama atau kepercayaan lain. Alquran sebagai pedoman utama umat Islam memberi petunjuk tentang perintah Allah SAW kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk berkata lembut kepada Firaun. Allah SWT berfirman, "Berbicaralah kalian berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS Thaha (20): 44).
Ketika menegur orang yang berbuat salah, tentu kita berharap orang yang kita tegur mau memperbaiki kesalahannya. Tapi kembali lagi kepada diri masing-masing. Jika orang tersebut tetap keras kepala dan tidak mau berubah, yasudah itu sudah bukan kewajiban kita lagi. Daripada kita memaksakan kehendak lalu malah permusuhan yang muncul? Niat baik tidak selalu berbuah baik. Tapi jangan sampai kita lelah untuk berbuat baik.
Referensi :