Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPB) populasi manusia di dunia diproyeksikan mencapai 8 Miliar jiwa pada November 2022. Dari catatan penduduk dunia belum pernah tercatat secapat dimana era globalisasi berlangsung saat ini.Â
Laju pertumbuhan populasi yang begitu cepat dikarenakan beberapa faktor eksternal maupun internal dari manusia itu sendiri yang meliputi peningkatan umur manusia akibat dari adanya perbaikan dan kesadaran atas kesehatan, tercukupinya nutrisi, keberihan pribadi dan adanya obat-obatan, selain itu juga petumbuhan yang cepat diakibatkan dari adanya tingkat kesuburan masyarakat yang tinggi.
Dengan demikian bahwa dunia ini yang dihuni oleh 8 miliar orang memiliki kebutuhan primer yang sama yaitu membutuhkan sumber daya alam yang merupakan segala sesuatu yang diproduksi dan dihasilkan oleh alam yang dapat digunakan dan diolah oleh manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Â Â
Sehingga semua sumber daya alam apa saja yang ada di bumi ini dan berguna bagi umat manusia dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan hidup mereka.Â
Namun dengan semakin bertambahnya populasi di dunia yang tidak di imbangi dengan peningkatan sumber daya yang ada di alam akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan didunia ini. Banyak isu sumber daya alam yang semakin menipis. Penyebabnya karena walaupun sumber daya alam diproduksi oleh alam, namun bukan berarti tidak mungkin sumber daya alam tersebut akan menipis dan bahkan habis.
Zaman globalisasi sekarang ini dimana kebutuhan manusia sudah semakin banyak, sehingga makin banyak pula sumber daya yang diambil dan dikonsumsi, tetapi alam membutuhkan proses penggantiannya masih lambat sehingga ketersediaan sumber daya alam tidak sebanding dengan jumlah populasi manusia yang ada di dunia ini, sehingga dapat dikatakan sumber daya alam kita sekarang sudah semakin menipis.Â
Dan semakin sedikit di dunia diakibatkan dari persaingan dan pemanfaatan SDA yang berlebihan, yang mana ini membuat suatu kekhawatiran tersendiri yaitu ketika kebutuhan primer yang tidak dapat dipenuhi masyarakat untuk keberlangsungan hidupnya, biasanya akan menimbulkan masalah sosial dalam kehidupanya yang mana hal tersebut menjadi sebuah  ironi dalam masyarakat untuk bertahan hidup didunia ini dan tak dapat dipungkiri juga bahwa masalah sosial tersebut dapat memicu terjadinya konflik hanya karena merebutkan sumber daya alam yang semakin menipis.
Isu-isu yang berkembang saat ini di masyarakat terkait dengan adanya masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kejahatan, pengangguran, dan lain sebagainya merupakan dampak dari bertambahnya jumlah populasi di dunia.Â
Walaupun kenyataanya masalah tersebut juga merupakan masalah klasik atau masalah lama yang akan selalu ada dari dulu hingga esok. Namun permasalahan tersebut saat ini kian bertambah parah dan semakin masif dengan jumlah penduduk dunia yang semakin banyak.Â
Hal tersebut dikarenakan populasi yang semakin banyak ini juga akan membutuhkan suatu hal yang lebih besar juga contohnya seperti kebutuhan akan aspek keruangan yaitu seperti luas daratan bumi yang ditinggali manusia dari zaman dahulu hingga kini tidak bertambah namun kebutuhan lahan manusia setiap tahunnya semakin bertambah bukan hanya untuk tempat tinggal namun juga berbagai fasilitas penunjang manusia itu sendiri juga membutuhkan lahan atau ruang di dunia ini, hal ini merupakan salah satu sumber daya alam yang ada di bumi ini dan tak jarang juga dalam pemanfaatanya menyebabkan konflik berupa sengketa lahan antara satu orang dengan orang lainya karena perbedaan kebutuhan akan lahan tersebut.
Dikutip dari www.forestdigest.com bahwa menurut laporan PBB yang berjudul Global Land Outlook yang dirilis pada 27 April 2022 Menyatakan bahwa bumi mengalami degradasi lahan di bumi mencapai 40% luas permukaan tanah di planet ini. Populasi manusia yang terus bertambah mendorong kerusakan lahan. Sebagian besar pemicunya karena produksi pangan, disusul akibat konsumsi barang lain seperti pakaian. Pangan, papan, dan sandang yang menjadi kebutuhan manusia mengakibatkan kerusakan lingkungan alam pada bumi
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan (Rochaida, 2016) penduduk merupakan beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut. Pendapat ini juga didukung oleh teori dari Malthus yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan bahan makanan menurut deret hitung. Simpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan kesejahteraan yang didapat tapi justru kemelaratan akan di temui bilamana jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik.
Dari permasalahan diatas bahwa dapat dilihat dengan populasi dunia yang mencapai 8 miliar jiwa ini sudah dipastikan sebagai faktor masalah-masalah sosial yang berkembang di setiap negara di dunia ini, seperti yang dikatakan tadi bahwa manusia akan menjalini kehidupan yang ironis akibat seperti terjadinya kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial, penyakit, konflik akan selalu terjadi dan tidak dapat dihentikan jika populasi dunia akan terus bertambah dan tidak ada upaya penanganan yang tepat dari setiap negara yang ada di dunia ini dalam mengatasi laju penduduk yang pesat.Â
Disinilah peran pemerintah dan masyarakat dunia yang harus bersinergi menahan laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai upaya dan kebijakan yang sesuai dengan norma dan kebudayaan yang berlaku di setiap negara, karena manusia memiliki hak untuk melanjutkan keturunan, sehingga perlu pentingnya kebijakan dan peraturan yang tetap memperhatikan hak asasi manusia.Â
Peran dan kesadaran dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri yang sejatinya bisa membuat kehidupan yang ironis menjadi kehidupan yang diimpi-impikan oleh semua manusia dimana kehidupan yang bebas dari kesusahan, kesengsaraan, dan kekhawatiran akan tidak bisa melanjutkan kehidupan di dunia ini.
Sumber
Rochaida, E. (2016). Dampak Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Keluarga Sejahtera di Provinsi Kalimantan Timur. In Forum Ekonomi (Vol. 18, No. 1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H