Kebijakan pemerintah atau dinas pendidikan yang mewajibkan siswa mengenakan baju adat pada hari tertentu memiliki tujuan yang mulia, yaitu melestarikan dan menghargai budaya lokal. Namun, pelaksanaan kebijakan ini perlu dipertimbangkan secara matang agar tidak menimbulkan beban bagi orang tua siswa, terutama bagi mereka yang kurang mampu secara finansial.
Bagi sebagian besar keluarga, biaya untuk membeli baju adat bisa menjadi pengeluaran yang cukup signifikan. Hal ini tentu dapat menimbulkan dilema, karena di satu sisi mereka ingin mendukung anak-anak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan menghormati kebijakan yang ada, tetapi di sisi lain mereka harus menghadapi kenyataan keterbatasan finansial.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi dapat dipertimbangkan. Pemerintah atau dinas pendidikan dapat bekerja sama dengan sekolah untuk menyediakan baju adat yang bisa dipinjam oleh siswa pada hari-hari tertentu. Alternatif lain adalah menyediakan subsidi atau bantuan kepada keluarga yang kurang mampu agar mereka dapat membeli baju adat tanpa harus merasa terbebani.
Selain itu, kebijakan ini juga dapat disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat sehingga mereka memahami tujuan dan pentingnya pelestarian budaya melalui penggunaan baju adat. Edukasi ini penting agar masyarakat merasa memiliki dan ikut mendukung program ini, bukan hanya merasa terbebani.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan mempertimbangkan berbagai aspek sosial-ekonomi, kebijakan ini bisa berjalan dengan lebih efektif dan diterima baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Pelestarian budaya memang penting, namun harus dilakukan dengan cara yang tidak memberatkan, melainkan memberdayakan seluruh pihak yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H