Mohon tunggu...
Heldawana
Heldawana Mohon Tunggu... Jurnalis - All about life

Independent people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan Pak Mochammad, Sang PKL Genteng Besar

22 Mei 2021   23:38 Diperbarui: 22 Mei 2021   23:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Mochammad (32) merupakan seorang pedagang kaki lima di daerah Genteng Besar, Surabaya. Beliau merupakan seorang penjual nasi yang setiap harinya menghabiskan dagangannya dari pukul 6 sore hingga pukul 1 dini hari.

Namun, semenjak pandemi lapak Pak Mochammad terpaksa tutup lebih awal karena harus menaati protokol kesehatan, yang mana pemerintah memberlakukan PPKM Mikro yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan harus menghentikan kegiatannya maksimal hingga waktu yang ditentukan. Sehingga dagangannya tutup hanya sampai jam 10 malam.

Usaha yang dirintis pak Mochammad bersama seorang temannya selama 9 tahun ini biasanya mencapai omset sekitar kurang lebih 2 juta, dan selama pandemi omset berkurang hanya mencapai 200 -- 300 ribu saja.

Hanya sekitar 25% yang dicapai dari sebelumnya. Namun, pak Mochammad tak pantang menyerah begitu saja. Ia tetap meneruskan dagangannya demi mencukupi kebutuhan anak dan istrinya.

Keluarganya selalu mengeluh karena kekurangan ekonomi, sebab itulah Pak Mochammad pantang untuk menutup usaha jualannya meski penghasilannya turun drastis. Serta tetap memperkerjakan temannya untuk tetap berjualan bersama beliau.

"Pelanggan sangat berkurang drastic, sangat sepi dari sebelumnya", begitu ucapnya ketika ditanya pada Sabtu 22/02. Tak hanya pedagang seperti Pak Mochammad yang mengeluh soal berkurangnya pelanggan, tukang parkir pun juga banyak yang mengeluh soal aturan baru PPKM ini.

Harapan Pak Mochammad tak banyak, ia hanya berharap kedepannya terhadap masa PPKM Mikro ini yaitu agar supaya cepat selesai, pandemi segera hilang, serta semua kembali seperti semula lagi dan bisa memperbaiki perekonomian keluarganya seperti sedia kala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun