Mohon tunggu...
Hei Nays
Hei Nays Mohon Tunggu... Seniman - Kids Youtuber!

A short stories as a kid, with full curiosity and happiness. 🚴‍♀️ Active Kid, Pushbike Racer

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mewujudkan Mimpi dan Flexingnya Anak Gen Alpha

18 April 2023   16:06 Diperbarui: 19 April 2023   01:55 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika orang dewasa flexing dengan pamerkan kesuksesan dan kekayaan. Rasanya flexing a la anak-anak post-balita zaman sekarang itu bisa di luar ekspektasi kita. Jangankan sama Gen Alpha, sama kawan-kawan kantor yang berstatus genzet pun saya bisa gagal paham dengan apa tujuan dan kemauan mereka.

Kami memang memberikan screen time tertentu buat Naya, agar ia beradaptasi dengan teknologi, bukan dengan memberikan smartphone, tapi kami batasi hanya menggunakan TV yang bisa saya awasi dari jauh sekalipun.

Di sela waktu luang sempit yang biasa kami berikan ke Naya untuk menonton tayangan YouTube anak. Terbersit keinginan dia untuk punya channel YouTube sama persis dengan channel yang dia tonton.

Cita-cita yang sering disebut anak kekinian di beberapa video viral. Cita-cita idaman anak saat ini bukan lagi menjadi dokter, ataupun pilot. Sekali lagi bukan, tapi impiannya adalah menjadi YouTubers

Satu hal yang kita sepakati, konten yang kita buat sebisa mungkin bukan ajakan untuk membeli mainan mahal. Berusaha mengajak untuk berwisata anak-anak versi low budget, atau edukasi anak yang membantu para orang tua dari segi finansial sekaligus trying to be a good parent.

Layaknya anak-anak, yang memang mereka tahu hanyalah kesenangan yang muncul di setiap hasil akhir video yang sudah tayang. Keceriaan permainan hingga tone warna yang adiktif untuk anak-anak.

Tapi yang mereka tidak tahu, ada pekerjaan yang jauh lebih kompleks sebelum video tersebut bisa tayang di channel Youtube tersebut.
Mulai dari perencanaan, riset konten, scriptwriting, editing dll yang tidak terlihat di permukaan. Tapi inilah justru adalah kerumitan yang jika tidak dikerjakan dengan baik, ya tidak akan jadi apa-apa.

Benar-benar seperti ungkapan orang-orang "Kalo Komen doang mah gampang". Iya kan? Komentar negatif dari penonton emang gampang banget keluar, enggak tahu seberapa pusingnya proses di baliknya.

Dahi yang mengenyrit, pikiran yang mengerucut. Karena saya tahu, betapa sulitnya mengerjakan semuanya sendiri. Saya harus memulainya sebagai produser, scriptwriter, cameraman hingga editor. Ditambah lagi saya harus menjadi distribution manager karena harus menyebarkan di channel distribusi lainnya seperti media sosial.

Kalo yuuu mau tahu, saya beberapa kali mendapatkan komentar dan revisi dari anak sendiri ketika proses produksi berjalan. Haha, iyah benar-benar revisi seperti layaknya saya bertemu dengan klien selama ini. Mana kalo revisinya ga sesuai, dia bisa minta revisi berkali-kali lagi.

Tapi, pada akhirnya saya coba menjalani sekaligus menjadi medium pembelajaran ulang kembali. Saya ini sarjana broadcasting, tapi ilmunya jarang dipakai di keseharian kerja. Ketika orang sering mencibir lulusan ITB atau IPB yang akhirnya kerja menjadi banker, rasanya saya juga berada di posisi yang sama. Sama-sama tidak menggunakan ilmu yang kita punya.

Setelah melewati proses adaptasi saya dan sudah setengah jalan berhasil, muncul lagi kekhawatiran. Apa respon Naya seandainya rintisan channel dia ini tidak berhasil ya? Apakah dia akan kecewa? Apakah mungkin memang ilmu saya tidak semewah itu buat maksimalkan channel Youtube dia ini?

Dengan segala macam metode yang bisa saya pelajari, yang bisa saya lakukan hanya terus lakukan saja apa yang kita bisa lakukan, belum tahu nasibnya akan sejauh mana. Konsisten, belajar terus dengan tren terkini dan berusaha cari dukungan juga dari kalian. Karena dengan melakukan praktik ini, akhirnya paham, memang jadi Youtubers itu enggak gampang.

Makin susah kalo kalian enggak bantuin juga subscribe @heinays, karena mungkin ini cara saya mewujudkan mimpi-mimpi anak sendiri mulai dari hal-hal seperti ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun