Kita sebagai orangtua, pasti ingin yang terbaik untuk anak kita. Tapi yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana sang anak mencapai tujuan tersebut. Memberikan support dan hargai setiap prosesnya akan menjadi pendorong semangat yang baik untuk anak.
"Ketika anak mengalami kegagalan, bantu dia menemukan kesalahan, dan cara bagaimana mendorong potensinya."
Ketika dia belum mendapatkan pencapaian tertingginya, ya sudah tidak apa-apa. Tetap berikan dia apresiasi atas kerja kerasnya saat berkompetisi. Tinggal ditambah pengertian, kalau dia mau bisa mengibarkan bendera saat victory lap, pilihannya harus berlatih lagi dengan intensitas yang tinggi dibandingkan kompetitor lainnya.
Di kehidupan kan juga seperti itu, pengusaha atau karyawan yang lebih gigih ya biasanya akan mendapatkan timbal balik yang lebih dibandingkan yang malas-malasan dan banyak ngeluh.
Uji Mental Orangtua, bukan Cuma Anak
Iyah, yang diuji saat lomba itu orangtuanya. Pernah kan dengar cerita ada orangtua yang suka melakukan aksi "sogok-menyogok" di dunia sepak bola usia dini, dengan tujuan biar anaknya terpilih oleh pelatih, lebih sering main dan banyak dapat kesempatan.
Ya hal-hal semacam inilah orangtua diajak untuk bersikap sportif di masa perkembangan anaknya ketika berlomba.
Kalian pasti enggak mau anak kalian punya mental yang "cemen" banget kaya gini. Secara tidak langsung dengan event kompetitif seperti ini, kita akan mengajarkan anak untuk punya mental yang sportif, tidak berlaku curang, dan bersaing secara sehat.
Di kehidupan ini hampir kecil juga setiap orang akan selalu menjadi yang nomor 1. Cuma ada di cerita Kapten Tsubasa yang bisa membuat Nankatsu dan Toho juara bersama. Kalo di kehidupan asli, yang bisa naik di podium teratas yang cuma 1. Ada kalanya kita hanya di posisi setelahnya.
Ini yang mengajarkan anak untuk menerima kekecewaan dan mengakui kekalahannya.