Masing-masing partai tentu memiliki mekanisme sendiri. Mekanisme tersebut juga pasti berbeda-beda. Pemimpin seperti Megawati tentu tahu betul apa yang diingini partainya. Mau dibawa kemana partainya. Seperti apa pandangan partainya melihat terciptanya Indonesia Hebat kedepan ini. Megawati tentu akan sangat hati-hati dan tidak akan sembarang menentukan pilihan. Itulah sebabnya ia masih berdiam diri sampai saat ini, meskipun ‘anak buah’ dia sudah seperti cacing kepanasan bicara di sana. Lalu bicara di sini. Melempar berbagai macam opini.
Untuk saat ini, seperti yang sudah saya tuliskan di atas, Megawati adalah sosok penentu. Ia sekarang yang memegang kendali. Namun nampaknya Megawati baru akan bersuara kepada siapa pilihannya dijatuhkan itu nanti pada ‘detik-detik terakhir’. Ini memang sungguh mendebarkan sekaligus merisaukan. Berbagai pihak menanti dengan risau.
Banyak pihak lain yang juga sudah tak tahan lagi kepingin segera tahu apa yang direncanakan Megawati, dan langkah apa yang akan diambilnya. Akankah dia merestui Risma maju bertarung di DKI, dengan konsekuensi kalau kalah maka Risma akan ‘hilang dari peredaran’. Padahal peluang menjadi nomor satu di Jawa Timur sangatlah besar. Ataukah Megawati pada saat-saat terakhir akan memberi dukungan pada Ahok yang secara personal sangat dekat dengan dirinya, dan juga setelah mendengar ‘masukan’ Jokowi. Atau ada calon lain? Djarot bisa. Mungkin juga dari luar PDIP seperti Sandiaga Uno atau Buwas?
Sikap Megawati memang misterius. Dia saat ini bekerja dalam diam. Mengumpulkan semua data dan hasil analisa. Ia mengolahnya juga dalam diam. Dan pada saatnya nanti, sebelum segala sesuatunya terlambat, ia akan memutuskan secara tepat dan dengan penuh perhitungan matang kepada siapa pilihan itu akan dijatuhkan. Ahok atau Risma, atau bahkan bisa jadi ke Sandiaga Uno yang duitnya sangat banyak tak berseri itu. Biarlah Megawati yang memutuskan dengan segala kecerdasan intelektual dan intuisi mumpuni yang dimilikinya.
Meskipun keputusan 7 DPW partai di Jakarta ini telah disepakati, tetapi apakah itu bisa berbeda dengan keputusan DPP yang notabene ada di tangan Ketua Umum masing-masing? Hal serupa itu sangatlah mungkin terjadi. Kita tunggu saja dengan hati berdebar tak karu-karuan, bagi siapa saja yang memang lagi menunggunya. Ayo Bu Mega, kamu bisa! Hahahaha.... HS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H