Mohon tunggu...
Heidy Sengkey
Heidy Sengkey Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ingin selalu berbagi lewat tulisan...\r\n\r\nMenghargai hidup dengan kerja keras dan mengasihi sesama.\r\n\r\n^__* Jalani hidup dengan penuh ucapan syukur...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta: Kehidupan Dalam Rumah atau Kehidupan Atas Ranjang?

13 November 2013   18:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:13 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya ingin menulis sesuatu yang sangat ringan, namun berpotensi begitu besar memengaruhi hidup dan kehidupan kita, baik dalam bercinta maupun dalam berumahtangga. Ini adalah pendapat pribadi saya, dan tidak bermaksud menggurui mereka-mereka yang sudah sangat ‘senior’ dalam berumah tangga.

Ada banyak pertanyaan dari kawan-kawan di lingkungan saya yang selalu datang silih berganti, masuk ke telinga saya, baik telinga yang sebelah kanan pun yang kiri. Mereka sering melempar pertanyaan yang terkadang begitu menggeletik, tapi tak jarang sangat menohok dan membekas di hati. Nggak tau kenapa mereka sering curhat ke saya banyak masalah rumah tangga, maupun yang lebih detail lagi.

Beberapa pertanyaan yang sepertinya menuntut jawaban adalah misalnya pertanyaan-pertanyaan berikut. Apakah cinta tetap dibutuhkan untuk sebuah hubungan yang sudah terbentuk sangat lama? Apakah dasar dari perkawinan adalah cinta atau karena memang kita sudah seharusnya kawin, apapun alasannya dan meskipun tidak karena cinta, misalnya karena usia sudah semakin menua? Apakah berhubungan dulu, atau kawin dulu dan biarkan cinta nanti datang menyusul belakangan , atau kita harus memiliki cinta dulu baru masuk ke jenjang perkawinan? Yang lebih ekstrim adalah silang pendapat beberapa kawan yang berada di dua kutub yang sangat bertolakbelakang. Kutub yang satu beranggapan bahwa (maaf) permainan di atas ranjang (seks) adalah tanda cinta, oleh sebab itu maka hal tersebut adalah lumrah dan sudah sewajarnya dilakukan pasangan yang saling mencinta, sekalipun mereka belum menikah. Kutub yang satunya lagi menolaknya mentah-mentah, ini adalah kutub konservatif, yang tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa hubungan seks hanya boleh dilakukan ketika resmi menikah dan menjadi suami istri secara resmi. Tentu akan ada jug kutub yang fifty-fifty, mengiyakan enggak tapi menolakpun tidak.

Kehidupan di banyak kota besar (mungkin termasuk Jakarta), ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa hampir mustahil akan ditemukan wanita-wanita yang sudah berpacaran dan masih tetap perawan. Artinya, sangat sedikit dari para remaja dan pemuda yang sanggup mempertahankan keperawanan ketika mereka tinggal dan hidup di kota besar, yang sudah pasti dipenuhi dengan berbagai cobaan dan godaan. Seks bebas adalah pilihan, dan gaya hidup. Sudah bukan rahasia umum lagi di Jakarta ada tempat-tempat kost yang juga merangkap tempat penampungan pacar masing-masing. Walau saya sendiri menyangsikan pendapat tersebut, sebab menurut saya, pasti masih ada banyak kok yang masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang diajarkan oleh orang-orang tua (walaupun sering disebut jadul) untuk tetap mempertahankan ‘mahkota’ tersebut sampai saatnya tiba (menikah).

Kembali ke konsep cinta dalam judul di atas itu. Mana lebih utama, kehebatan di atas ranjang atau kehebatan mengurus rumah? Apakah menyatakan cinta mesti dinyatakan dengan berhubungan badan? Apakah cinta harus lahir karena sudah menikmati permainan di atas ranjang dulu? Mungkin bagi pasangan baru menikah, jawabannya adalah iya. Namun bagi mereka yang sudah lama menjalani hubungan berumah tangga, saya yakin jawabannya adalah: Kehidupan dalam rumah jauh lebih penting daripada sekedar di atas ranjang. Orang menikah itu bukan hanya akan berurusan di atas ranjang, namun hampir 80% adalah urusan rumah tangga lainnya. Kenikmatan di atas ranjang bertahan berapa menit? Tapi kebahagiaan dan urusan dalam rumah akan lebih banyak menyita perhatian dan energi pasangan yang sudah menikah. Dalam berpacaran, semua aspek bisa jadi masih tersembunyi, tapi ketika menikah semuanya akan terbuka jelas. Inilah yang akan menyita banyak energi pasangan tersebut.

Lalu apakah saya kemudian akan menolak kehidupan di atas ranjang? Tentu saja tidak, sebab saya pun lahir karena itu. Dan buah hati saya juga akan lahir karena itu hehehe. Jadi saya tetap akan menikmatinya, tapi fokus utama saya jelas adalah berbuat sebaik mungkin untuk kehidupan dan urusan dalam rumah (tangga) yang 80% itu. Bagaimana dengan Anda? HS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun