Mohon tunggu...
Heidy Sengkey
Heidy Sengkey Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ingin selalu berbagi lewat tulisan...\r\n\r\nMenghargai hidup dengan kerja keras dan mengasihi sesama.\r\n\r\n^__* Jalani hidup dengan penuh ucapan syukur...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lopana; Mutiara Indah di Minahasa

1 Juli 2012   10:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opera Travel Blog Competition

Lopana adalah sebuah desa yang terletak di salah satu ujung Selatan Minahasa. Lokasi ini memang belum begitu banyak dikenal. Ia mungkin masih baru dikenal oleh penduduk lokal. Belum menasional apalagi mendunia. Tapi, desa yang belum cukup terkenal ini ternyata menyimpan potensi wisata alam yang beragam, memesona, dan layak mendapat perhatian lebih oleh para pencinta wisata alam, dan tentu juga perhatian pemerintah sendiri. Menjual potensi wisata Lopana, ibarat menjual mutiara yang masih terbungkus rumput ilalang. Perlu waktu dan proses yang panjang.

Saya mendapat keberuntungan karena boleh berulangkali mengunjungi objek-objek wisata alam di Lopana Minahasa itu. Lopana memang belum seterkenal Bunaken yang berada dekat Manado Tua. Belum juga sepopuler Danau Tondano di bagian lain Minahasa. Jangan juga dibandingkan dengan Bukit Doa, atau Bukit kasih. Akan tetapi potensi Lopana yang belum banyak terjamah dan terekspose harus lebih diseriusi. Karena ternyata, dengan mata kepala sendiri saya sudah menyaksikan betapa Lopana dapat menjadi objek wisata mumpuni untuk Sulawesi Utara dan Indonesia.

13411383021515617187
13411383021515617187

Untuk melakukan perjalanan ke Lopana, saya hanya membutuhkan 45 menit sampai sekitar 1 jam, tergantung kemacetan di desa-desa sebelumnya, yang mana hal tersebut jarang terjadi kecuali ketika ada perayaan pengucapan syukur. Umumnya memang kita dapat mencapai Lopana tanpa hambatan macet yang berarti. Sebelum mencapai Desa Lopana di Amurang Minahasa Selatan, kita akan melewati banyak lokasi indah lainnya yang kebanyakan adalah daerah pinggir pantai. Kita disuguhkan pemandangan alam yang indah dan begitu membekas di hati.

1341138440668568516
1341138440668568516
Saya misalnya masih menyempatkan diri untuk singgah sebentar di daerahTanahwangko, Senduk, Matani, Tumpaan, dan tempat-tempat lainnya untuk merasakan dan menikmati pemandangan alam yang asri sekaligus mencicipi makanan dan penganan khas masing-masing. Sebut saja, ikan bakar rica, kepiting rica-rica, ayam tuturuga, kue kopi-kopi, kolombeng, nasi jaha, dan masih banyak lagi. Inilah perjalanan wisata paling mengesankan bagi saya. Mata terpuaskan (wisata alam), dan perut terkenyangkan (wisata kuliner).

Memasuki Lopana, mata sudah dimanjakan dengan pemandangan pinggir pantai yang sangat kontras samping menyamping dengan persawahan dan perbukitan. Karena rata-rata pekerjaan yang dilakoni penduduk setempat adalah sebagai nelayan dan petani, maka tak mengherankan apabila terlihat perahu-perahu nelayan berjejer rapih di belakang perumahan penduduk, yang siap ditarik setiap saat untuk melaut, karena jarak antara halaman belakang rumah penduduk dan pinggir pantai sangatlah dekat. Sebagian memarkir perahu ikan mereka tepat di bibir pantai, menambah indah pemandangan pantai tentunya.

1341138515351857433
1341138515351857433

Bagi para petani, roda sapi (gerobak sapi) menjadi sarana dan alat utama mereka mencari nafkah. Nah, pemandangan yang cukup unik dapat kita saksikan ketika mereka memanfaatkan roda sapi itu untuk berputar-putar di pinggir pantai, entah sekedar jalan-jalan pun saat mengambil pasir di bibir pantai. Ketika Gunung Soputan meletus, banyak sekali pasir gunung yang terbawa air sungai menuju pantai Lopana. Pasir-pasir tersebut akhirnya menjadi lahan pencarian baru bagi para pemilik roda sapi itu. Mereka bolak-balik ke bibir pantai untuk mengangkut pasir dan menjualnya kembali.

13411386231564528530
13411386231564528530
Bagi yang ingin berenang, ada tempat-tempat khusus yang pasirnya sangat bagus dan halus, pokoknya kualitas pasirnya tidak kalah sama pasir pinggir pantai di Bali. Pada saat-saat tertentu terlihat banyak sekali orang yang memanfaatkan hari libur mereka dengan berenang dan bersenang-senang di pantai Lopana. Mulai dari anak-anak sampai yang kakek-nenek sekalipun terlihat begitu menikmati pemandangan alam dan pemandangan pantai di Lopana. Suatu kesan yang teramat dalam terengkuh bersamaan dan seiring berjalannya waktu menyusuri indahnya alam Lopana. Kesan itu semakin membekas tatkala matahari mulai membenamkan dirinya di ufuk Timur, sembari sibuk memotrek kiri-kanan, mulut saya terus bergerak mengunyah dan menikmati pisang goreng colo dabu-dabu (pake sambel) roa. Salah satu cirri penduduk Lopana, pisang goreng selalu dimakan dengan sambel ikan roa.

Setelah puas berenang, potret kiri-kanan dan kini lapar datang mengintai, kita akan kembali dimanja dengan kuliner khas Lopana. Ternyata pisang goreng belum cukup menghilangkan rasa lapar. Nah, Saya paling suka yang namanya Nasi Jaha dan Dodol Amurang. Penganan ringan ini adalah termasuk ciri khas penganan Lopana.Walaupun banyak desa yang membuat penganan sejenis, tapi buatan Lopana adalah yang paling terkenal. Bahkan banyak dari Jakarta memesan hasil buatan Lopana. Sayangnya kedua jenis penganan ini tidak akan banyak lagi ditemui pada hari-hari biasa, terkecuali pada hari raya, hari-hari tertentu, dan pada saat pengucapan syukur (Thanksgiving Day ala Minahasa).

13411387261207281125
13411387261207281125
Keindahan alam Minahasa memang sudah banyak dikagumi banyak orang, termasuk para turis mancanegara. Eksotisme alam beberapa tempat di Minahasa, termasuk Lopana menurut beberapa teman saya dari Eropa dan Amerika dianggap yang terindah di dunia. Di dunia ini memang banyak keindahan alam yang tersaji, tapi menurut mereka Minahasa dan Lopana sangat spesifik dan tak ada keindahan pemandangan alam lainnya yang menyerupainya. Mungkin sekali karena kontur permukaan tanah, aneka jenis tumbuhan serta suasana sejuk dan subur yang dimiliki daerah ini. Ditambah lagi garis-garis pantai yang mencolok dan sejajar berhadap-hadapan dengan daerah perbukitan dan persawahan. Pokoknya lain daripada yang lain. Daerah perkebunan di Lopana juga menawarkan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Jangan pula dilewatkan air terjun untuk pemandian umum yang siap menyambut Anda yang senang berlama-lama bercumbu dengan air. Lopana menawarkan berjuta kenangan. Tak akan habis-habisnya saya mengagumi pemandangan alam dengan landscape menarik yang dimilikinya. Kunjungan saya membawa pada satu pemahaman. Bahwa negeri kita sudah dianugerahi alam yang sangat indah dan menawan. Oleh sebab itu, mesti disyukuri dan dihargai. Menjaga keindahan alam pemberian Tuhan itu adalah salah satu wujud penghargaan kita. Perkunjungan saya beberapa kali tersebut tidak menimbulkan rasa bosan. Malah, ingin rasanya untuk bisa kembali menjejakkan kaki di Lopana. So, siapkan waktu Anda untuk mengunjungi Lopana. Merasakan seperti apa yang saya rasakan di sana. Lopana adalah mutiara indah yang tersembunyi di ujung Selatan Minahasa.
Opera Travel Blog Competition
Opera Travel Blog Competition

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun