[caption id="attachment_141557" align="aligncenter" width="612" caption="Lena Maria: "][/caption]
Sekitar 30-an tahun yang di Jerman ada seorang wanita yang sering dipanggil dengan sebutan “Violetta”. Ia adalah seorang gadis malang yang dilahirkan tanpa lengan dan kaki. Walau kemalangan menimpanya, yaitu terlahir cacat tapi ia selalu optimis dan selalu berbuat baik. Ia menyadari betul bahwa justru dengan keadaannya maka ia tidak akan kehilangan apa yang tidak pernah dimilikinya.
Walau tanpa lengan dan kaki tapi bentuk tubuhnya bagus, kesehatannya prima, dan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhannya berkembang sempurna bahkan jauh melampaui indra rata-rata manusia normal. Prestasi Violetta dalam mengatasi ketidaknormalannya sungguh menakjubkan. Ia jarang membutuhkan bantuan siapa pun, dan sanggup ke mana-mana dengan mudah. Ia sanggup berpakaian sendiri, menyisir rambutnya sendiri, memasukkan benang ke lubang jarum, menjahit dan melakukan hal-hal lainya yang kelihatannya mustahil.
Saat ini juga kita kembali harus belajar melihat dan memberi penghargaan setinggi-tinggi kepada mereka yang cacat. Kepada mereka yang memiliki tubuh kurang sempurna. Adalah seorang gadis bernama Lena Maria Klingvall, dilahirkan di Swedia 28 September 1968. Ia mungkin tidak seberuntung kita, karena dilahirkan tanpa kedua lengannya serta memiliki satu kaki yang lebih kecil, tapi prestasinya sungguh luar biasa. Bahkan prestasinya melampaui orang normal lainnya.
Peran orang tua Lena Maria juga sangat membantunya untuk bertumbuh menjadi seperti apa adanya ia sekarang ini. Ketika lahir sebagai anak cacat, orang tuanya tidak mengisolasi anaknya, bahkan mereka menumbuhkan keyakinan yang amat nyata bahwa putrinya berhak melakukan apapun. Ia mungkin berbeda secara fisik, tapi ia tetap memiliki hak yang sama. Ia dibesarkan dengan penuh kebanggaan dan kasih sayang. Kasih sayang yang menumbuhkan ia menjadi gadis yang baik, serta menjadikan ia sosok yang mandiri, penuh keyakinan dan kepercayaan diri.
Masih pada usia yang 3 tahun ia sudah belajar berenang. Ia berhasil mewakili negaranya di usianya yang ke-15. Ia berenang di kejuaraan dunia pada usia 18 tahun, berhasil meraih empat medali emas dalam perlombaan gaya kupu-kupu.
Ia mengemudikan mobil sendiri ketika usianya menginjak 18 tahun. Bukan hanya itu, ia juga melakukan pekerjaan menulis, merajut, memasak, melukis, dan lainnya. Semuanya itu dilakukan tanpa terkendala. Sepertinya ia sudah menjadi manusia normal di tengah-tengah ketidaknormalannya. Persis seperti yang dilakukan Violetta pada kisah di atas tadi.
Lena Maria terus berjuang dan menunjukkan dirinya sebagai “Wanita Super Bisa”. Misalnya di bidang seni, ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Swedia dalam usahanya melanjutkan studi di The Royal University College of Music. Ia akhirnya sudah menghasilkan beberapa album lagu, dan telah melakukan konser di Moskow, Latvia, Jerman, Amerika, Hong Kong, Thailand, Korea, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Sebuah prestasi yang tidak main-main. Prestasi demi prestasi yang diraih bukan semudah membalikkan telapak tangan, tapi dengan kegigihan, ketekunan, kesabaran, dan percaya diri yang tinggi.
[caption id="attachment_141558" align="alignright" width="300" caption="Foot Notes By Lena Maria"][/caption] Seakan masih belum cukup dengan berbagai prestasi yang diraihnya, ia juga menggeluti dunia lukis dan tulis-menulis. Lena melukis dengan menggunakan mulut dan kakinya. Sekitar tahun 1996, Lena Maria meluncurkan sebuah buku yang mengisahkan tentang hidupnya. Buku itu berjudul “Foot Notes”. Sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Thailand, Korea, Mandarin, dan bahasa Rusia.
Simak kata-kata mutiara Lena Maria ini: “Saya lebih memilih untuk bersyukur atas apa yang dapat saya lakukan, daripada kecewa atas apa yang tak dapat saya lakukan.” Adalah sebuah pembelajaran juga buat kita, yang walau memiliki keadaan normal tapi selalu bersungut-sungut dan terlalu sering kecewa dengan apa yang tak bisa kita lakukan dan atau miliki. Bersyukur atas apa yang ada dan sudah Tuhan berikan, lalu optimalkan itu dengan kemampuan kita, kerja keras, kesabaran, ketekunan, kegigihan, serta percaya diri maka sudah barang tentu kesuksesan seperti yang diraih Lena dapat kita rasakan. Pantang kita berkata tidak bisa, selagi kita belum memulainya. Heidy Sengkey
Kita bisa sukses dengan segala keterbatasan kita. Tapi tak jarang kita gagal dengan segala kelebihan kita.
Sumber: www.lenamaria.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H