[caption id="attachment_99361" align="alignright" width="300" caption="www.difficult-people.com"][/caption]
Salah satu buku yang banyak dibaca orang adalah sebuah buku yang berjudul How to Cope With Difficult People (Bagaimana Mengatasi Orang yang Sulit).
Saya tidak heran kalau buku semacam itu laris. Apa sebab? Sebab dalam hidup ini, tidak jarang kita bertemu dengan orang-orang yang sulit dan kita tidak punya pilihan lain. Malah kadang-kadang harus bekerja sama atau tinggal serumah dengan orang seperti itu. Di kantor juga kita sering bekerja dengan orang yang sulit.
Diantara banya cirri khas orang sulit, satu diantaranya adalah sulit diajak bergau dengan enak. Orangnya terlalu serius. Tidak bisa diajak guyon. Tidak punya rasa humor. Kalau diajak guyon, dianggap serius, yang terjadi adalah salah paham.
Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang tidak bisa diajak guyon? Saya pernah! Saya punya teman sekolah di SMA yang sudah kebih dari 20 tahun tidak ketemu. Begitu ketemu, tentu saya amat gembira. Dan, secara spontan saya bertanya “Hey, apa kabar? 20 tahun kemana aja lu? Kok sekarang gendut. Hamil berapa bulan?” tanpa saya duga, dia ternyata marah. Menyebalkan memang bergaul dengan orang sulit seperti itu.
Orang yang sulit adalah juga orang yang pesimis, orang yang cara berpikirnya negatif---istilah bahasa Inggrisnya negative thinking. Kalau melihat sesuatu, yang dilihat Cuma segi jeleknya, sisi gelapnya. Ada orang yang baru pulang jalan-jalan dari Eropa. Ia ditanya “Bagaimana perjalannya? Menyenangkan bukan?” Apa jawabnya “capek!” Yang berkesan Cuma capeknya. Ada orang yang dapat promosi, naik pangkat. Orang mengucapkan, “Wah, selamat ya Pak, naik pangkat!” Apa jawabnya? “Selamat apa? Dikira naik pangkat itu enak apa? Malah tambah pusing!”. Yang dilihat dari sisi negatifnya. Ibaratnya gelas setengah penuh, dibilang setengah kosong.
Di dalam hidup kita, kadang-kadang kita harus bertemu dengan orang-orang yang sulit. Karena itu pulalah buku How To Cope With Difficult People itu laris. Tetapi tanpa membaca buku itupun kita sebenarnya harus bisa menghadapai orang-orang yang sulit tersebut.
Pertama, orang sulit yang kita temui jangan langsung ditendang dan disingkirkan.
Kedua, orang-orang yang sulit itu justru harus kita rangkul. Kita harus memperlakukan orang sesuai karakternya masing-masing. Ada yang harus diperlakukan dengan lembut, tetapi ada juga yang harus dierlakukan dengan keras.
Ketiga, ini juga sangat penting! Bagaimana melembutkan hati orang yang sulit? Dengan kesabaran. Tapi juga jauh lebih penting lagi adalah, dengan bukti.
Anda menghadapi orang yang keras hati, sangat sulit di ajak kompromi. Sabar. Dan beri bukti melalui diri anda sendiri.
Kita tahu sekarang ini, televise jauh lebih popular dari radio. Mengapa? Karena melalui televise kita melihat, sedang melalui radio kita Cuma mendengar. Apa yang kita lihat itu lebih berkesan dari pada apa yang hanya kita dengar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H