Dalam beberapa tahun terakhir, marketplace telah menjadi salah satu kanal utama bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Marketplace telah menjadi tulang punggung bagi banyak bisnis, terutama UMKM. Dengan berbagai fitur yang ditawarkan, seperti kemudahan transaksi, promosi otomatis, hingga akses ke jutaan pengguna, marketplace dianggap sebagai solusi ampuh untuk meningkatkan penjualan. Meski menawarkan jangkauan pasar yang luas dan kemudahan bertransaksi tidak sedikit pengusaha yang justru mengeluhkan penurunan penjualan meskipun mereka sudah aktif memanfaatkan platform tersebut. Fenomena ini patut menjadi perhatian serius
Persaingan yang Semakin Ketat
Marketplace ibarat pasar besar dengan ratusan bahkan ribuan penjual yang menawarkan produk serupa. Setiap harinya, jumlah pelaku usaha yang bergabung di platform ini terus bertambah, sehingga kompetisi menjadi semakin sengit. Jika tidak memiliki strategi yang tepat, produk Anda bisa tenggelam di antara ribuan produk lainnya. Penjual yang gagal menonjolkan keunikan produknya atau memberikan penawaran yang kompetitif cenderung kesulitan menarik perhatian pembeli.
Kenaikan Persaingan dan Saturasi Pasar
Salah satu alasan utama penurunan penjualan adalah meningkatnya persaingan di pasar. Dengan semakin banyaknya pelaku usaha yang memasuki dunia e-commerce, terutama di sektor fashion dan makanan dan minuman (FnB), pasar menjadi sangat jenuh. Banyak produk yang serupa ditawarkan dengan harga yang kompetitif, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan. Hal ini menyebabkan price war di antara para penjual, di mana mereka terpaksa menurunkan harga untuk menarik pembeli, sering kali mengorbankan margin keuntungan mereka
Kurangnya Diferensiasi Produk
Marketplace adalah tempat di mana konsumen dapat dengan mudah membandingkan produk dari berbagai penjual. Jika produk yang Anda tawarkan tidak memiliki nilai tambah atau keunikan dibandingkan kompetitor, konsumen akan cenderung memilih produk dengan harga yang lebih murah. Diferensiasi, baik dari segi kualitas, desain, maupun layanan tambahan, sangat penting untuk memenangkan hati konsumen.
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Pola konsumsi masyarakat juga telah berubah pasca-pandemi. Banyak orang kini lebih memilih untuk berhemat dan mengurangi pengeluaran non-prioritas. Kenaikan harga bahan baku dan biaya hidup membuat konsumen lebih selektif dalam berbelanja. Mereka cenderung membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar keinginan. Sebagai contoh, kebutuhan akan pakaian baru tidak lagi mendesak jika konsumen masih memiliki pakaian yang layak pakai.
Kebijakan Marketplace dan Biaya Transaksi
Marketplace sering kali memberlakukan biaya transaksi yang tinggi, yang dapat mencapai 10% atau lebih dari total penjualan. Ini membuat margin keuntungan para penjual semakin tipis, terutama bagi mereka yang menjual produk dengan harga rendah atau margin rendah. Akibatnya, banyak pelaku usaha merasa terjebak dalam siklus di mana mereka harus terus berinovasi dan bersaing tanpa mendapatkan imbalan yang sepadan
Marketplace memang menawarkan banyak peluang, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha. Dengan adaptasi dan inovasi yang tepat, penurunan penjualan dapat diatasi dan peluang untuk berkembang akan semakin terbuka lebar. Penurunan pemanfaatan marketplace untuk penjualan di Indonesia bukanlah fenomena yang terjadi tanpa alasan. Persaingan yang ketat, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan biaya iklan, dan kebijakan marketplace itu sendiri menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kinerja penjualan. Untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi ini, pelaku usaha perlu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan mencari cara inovatif untuk menarik perhatian konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H