Malam itu Zulaikha tidak sendiri. Walaupun jauh dari keluarga dan teman-teman, dia ditemani penumpang lainnya, di dalam bus. Di luar jendela, gelap, tapi terlihat petir di mana-mana, menghiasi langit malam, menemani perjalanan panjang, dari Agadir ke Casablanca. Zulaikha tidak mampu menahan rasa mengantuk yang semakin menguasai dirinya. Perjalanan menaiki pesawat diiringi dengan hujan badai disertai petir dan guruh membuatnya sangat lelah. Pesawat tidak bisa mendarat ke tempat yang ingin ditujunya, Marrakesh, tapi harus berbalik arah menuju Agadir. Perjalanannya seakan tidak bisa lebih buruk dari itu karena Zulaikha harus menaiki bus selama kurang lebih 9 jam menuju Casablanca. Dan seperti yang diduganya, bus yang dinaikinya berhenti hampir selama 3 jam di perempatan tidak jauh dari terminal bus sebelum melanjutkan perjalanan. Tidak ada hal yang lebih diinginkan Zulaikha saat harus melewati perjalanan panjang di dalam bus melainkan dapat tidur dengan nyenyak. Dan hal terindah yang dapat terjadi adalah bisa menyandarkan kepalanya pada bahu orang yang dikasihinya. Dengan begitu, dia merasa nyaman, aman, hangat dan dikasihi. Tapi dia tahu hal itu tidak mungkin terjadi, karena tidak ada sesiapa di sebelahnya. Hanya ada sebuah kursi kosong yang akan menemani malamnya. Zulaikha menyandarkan kepalanya ke belakang, berharap kelopak matanya akan segera terlelap dan membawanya ke alam bawah sadar. Kelopak matanya semakin lama semakin berat, sebelum akhirnya terpejam rapat. Hal terakhir yang dilihatnya adalah cahaya petir yang menerangi gelap malam. Zulaikha tenggelam dalam lautan mimpi yang indah. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu sang pangeran yang membalas dengan sebuah senyuman yang sangat manis. Senyuman yang menusuk tepat ke jantung hati dan membuat Zulaikhamabuk kepayang. Bahu sang pangeran terasa sangat nyaman, tubuhnya terasa hangat. Tangan sang pangeran dipeluk erat oleh Zulaikha, membawanya pegi jauh ke alam mimpi. Mimpi yang sangat indah, mimpi bertemu cinta di kota seromantic Casablanca. Zulaikha menatap wajah sang pangeran, tampan tidak terperi. Matanya, hidunganya, telinganya, bibirnnya, semuanya terlihat sangat sempurna di mata Zulaikha. Kehangatan senyumannya membuat Zulaikha jatuh cinta pada pandangan pertama. "Hi, you are awake" kata sang pangeran. Zulaikha sontak mengangkat kepalanya. Jantungnya berdegup kencang, hatinya berdebar-debar. Bibirnya tertutup rapat, diam seribu bahasa. Matanya terpaku pada wajah sang pangeran, yang sedang duduk di sampingnya. "I am sorry if I disturb your sleep" lanjut sang pengeran. "Oh my God! Sorry, I didn't realize that someone is sitting next to me" Zulaikha kaget bukan main karena ternyata sang pangeran dalam mimpinya adalah seorang pria tampan yang benar-benar sedang duduk di sampingnya, dan memerhatikannya, dalam sebuah bus, yang sedang meluncur laju menuju kota Casablanca. "I am Zakariya, and you?" pria tampan itu memperkenalkan diri dan menghulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "I am Zulaikha" Zulaikha berjabatan tangan sambil tertunduk malu. Menyandarkan kepala pada bahu orang yang tidak dikenali dan memeluk erat tangannya, sungguh bukanlah sesuatu yang umum dilakukan oleh wanita timur seperti dirinya. "Hmm...look, I am really sorry. I didn't realize that I was laying my head on your shoulder and I am terribly sorry for that" "No, it's ok. You were already sleeping when I got into the bus and I thought that my shoulder would help you to have a sound sleep" jawab Zakariya sambil tersenyum manis. Zulaikha hanya terdiam, terunduk malu. "Where are you from?" Zakariya coba untuk memulai obrolan. "I am from Indonesia" "Ah, Indonesia. I heard about Indonesia, it's a very beautiful country" "Thanks" "I am from Morocco. Are you studying here?" "No, I am on a vacation" "Alone?" "Yes...I usually travel by myself but never had happened laying my head on others' shoulders" Mereka sama-sama tertawa dan terus bercerita tentang pengalaman masing-masing, salling mengenal, saling memberi dan saling menerima. Ada kimia antara Zulaikha dan Zakariya yang membuat mereka merasa nyaman. Mereka sama-sama merasakan perasaan itu, Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata tapi nyata hadirnya. "Oh Tuhan, inikah yang yang namanya cinta" kata Zulaikha dalam hati. "Is this what people call as love" kata Zakariya dalam hati. Perasaan itu jelas terlihat di mata Zulaikha dan di senyuman Zakariya. Ada sebuah kehangatan dan kejujuran yang saling mengalir di antara mereka berdua. Sebuah perasaan yang membuat hati mereka terbang melayang dan perjalanan jauh terasa begitu pendek. "Oh my, we are already in Casablanca" kata Zakariya. "Really? I thought it's going to be a very long journey" Zulaikha merasa tidak percaya kalau dia sudah tiba di Casablanca. "Indeed, it is" jawab Zakariya sambil tersenyum. "Well, I think this where our meeting shall ends" kata Zulaikha. "You never know whether it ends here or not, because God might want us to meet again" jawab Zakaria sambil tersenyum. Senyuman yang membuat Zulaikha percaya bahwa tidak ada yang lebih baik dari terdampar di kota Agadir dan menemukan cinta di kota Casablanca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H