Kelompok 7, Ilmu Komunikasi 23 A, Universitas Sumatera Utara
Jika kamu mendengar kata AIESEC, apa yang terlintas di benakmu? Sebagian besar mungkin akan membayangkan pemuda on fire yang bekerja lintas budaya untuk menciptakan dampak global melalui berbagai program-programnya. Namun, lebih dari itu, AIESEC adalah organisasi kepemudaan internasional yang didirikan pada tahun 1948, bertujuan mengembangkan potensi kepemimpinan pemuda dari pengalaman lintas budaya yang berada di 120 negara. Salah satu cabangnya yaitu AIESEC in Universitas Sumatera Utara (USU), yang tak hanya bergerak di tingkat lokal, tetapi juga berdampak hingga ke panggung internasional.
AIESEC in USU mempunyai misi menciptakan generasi pemimpin yang berani menghadapi tantangan global, melalui program-program berbasis Sustainable Development Goals (SDGs), seperti Global Volunteer, Global Talent, Global Teacher, dan Local Project.
Sejak awal, budaya kerja AIESEC in USU telah ditanamkan melalui prinsip MLTP, yaitu Manners Matter, Lead by Example, True Humility, dan Personal and Professional Balance. Filosofi ini bukan hanya sekedar teori, tetapi setiap anggota diharapkan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Prinsip MLTP Culture ini awalnya dikembangkan sebagai budaya yang diterapkan di AIESEC in USU dengan tujuan utama untuk memastikan pertumbuhan member dapat seimbang, baik secara personal maupun profesional, di dalam maupun di luar AIESEC. Gagasan ini muncul dari pengamatan LCP pada tahun 2021, yang melihat adanya banyak kekurangan pada member, terutama dalam pilar-pilar yang menjadi inti dari MLTP culture. Dengan diterapkannya budaya ini, diharapkan setiap individu dapat mengalami perubahan positif, tidak hanya dalam pengembangan kompetensi dan karakter, tetapi juga dalam membangun koneksi yang lebih kuat dengan lingkungan internal dan eksternal mereka. MLTP dirancang sebagai landasan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberdayakan, sehingga setiap member dapat berkontribusi dengan optimal, sembari terus tumbuh menjadi versi terbaik dari diri mereka."Â jelas Miranda, Local Committee President of AIESEC in USUÂ
 Misalnya, Manners Matter mengajarkan kami untuk saling menghormati dan menjaga sikap dalam interaksi sehari-hari, Lead by Example menekankan pentingnya memberi teladan melalui tindakan nyata, True Humility membantu kami untuk tetap rendah hati dalam menghadapi keberhasilan maupun kegagalan, sedangkan Personal and Professional Balance memastikan anggota mampu menyeimbangkan komitmen organisasi dengan kehidupan pribadi mereka." tambahnya.
Vashti sebagai Local Committee Vice President of Talent Management/Membership Experience Program, juga menegaskan bahwa prinsip ini tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga diterapkan dalam berbagai aktivitas rutin.Â
"Culture kami ini sering diterapkan melalui kebiasaan-kebiasaan sehari-hari, seperti sebelum mulai meeting selalu mengevaluasi pengimplementasiannya dalam rapat mingguan, bulanan, per kuartal, hingga per semester," ujarnya.
Budaya kerja ini dibangun dengan metode yang unik dan inspiratif misalnya, tradisi Check In/Check Out menjadi salah satu cara untuk menciptakan ikatan emosional antaranggota. Sebelum memulai rapat atau kegiatan, setiap anggota diajak untuk berbagi perasaan, menciptakan ruang yang inklusif dan menghargai keberagaman. Selain itu, simbol yang menjadi logo AIESEC in USU, yaitu Blueman (manusia biru yang melangkah maju) menjadi pengingat bahwa setiap anggota adalah bagian dari sebuah misi besar untuk membangun dunia yang lebih baik melalui kepemimpinanÂ
Komunikasi di AIESEC in USU juga menjadi kunci utama keberhasilan mereka. Dalam kesehariannya, anggota menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pemakaian bahasa Inggris ini tidak hanya mencerminkan semangat global, tetapi juga melatih para anggota untuk siap menghadapi kolaborasi internasional. Lebih dari itu, struktur komunikasi di organisasi ini dirancang dengan sangat sistematis. Arahan strategis diberikan melalui komunikasi vertikal antara pemimpin dengan anggota, sementara komunikasi horizontal dan diagonal memungkinkan kolaborasi lintas departemen. Bahkan, untuk menangani konflik, AIESEC in USU menerapkan pendekatan yang transparan dan terbuka, memastikan semua pihak merasa dihargai dan didengar.
Namun, yang membuat AIESEC in USU begitu istimewa adalah bagaimana mereka memperlakukan setiap anggota, dari anggota baru hingga pemimpin. Proses onboarding menjadi pengalaman mendalam, di mana anggota baru tidak hanya belajar tentang nilai-nilai organisasi, tetapi juga mendapatkan pelatihan intensif untuk memahami tugas mereka. Dalam fase ini, ada nuansa mentoring yang kuat. Para pemimpin memberikan perhatian personal melalui sesi One on One, memastikan setiap individu merasa didukung dalam mengembangkan potensi mereka.
Di balik itu semua, AIESEC in USU juga terus berinovasi. Mereka mengembangkan program-program seperti Incoming Local Volunteer, yang dirancang untuk melibatkan pemuda-pemudi dari luar negeri dalam proyek sosial di Sumatera Utara. Inovasi ini bukan hanya menjadikan AIESEC in USU lebih relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi juga memperkuat reputasi mereka sebagai organisasi yang berpikir ke depan.
Tetapi, perjalanan ini tidak selalu mudah. AIESEC in USU menghadapi tantangan besar, mulai dari menjaga keberlanjutan program hingga mencegah miskomunikasi yang bisa menghambat operasional. Salah satu solusi yang mereka terapkan adalah sistem evaluasi berbasis nilai dan penghargaan, seperti Best Staff atau Best Leader diberikan secara berkala untuk memotivasi anggota, sekaligus mengingatkan mereka bahwa kontribusi mereka dihargai.
Lebih dari sekadar organisasi, AIESEC in USU adalah komunitas yang hidup. Dengan semangat keberlanjutan, inovasi, dan keberagaman, mereka membuktikan bahwa pemuda Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan. Melalui kerja keras, budaya yang inklusif, dan visi global, AIESEC in USU tidak hanya menjadi inspirasi bagi anggotanya, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin melihat pemuda sebagai agent of change.
Begitulah rahasia di balik cara kerja AIESEC in USU bagi mereka, kepemimpinan bukanlah soal jabatan, melainkan tanggung jawab. Seperti simbol Blueman yang mereka banggakan, setiap langkah yang diambil adalah langkah menuju dunia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H