Mohon tunggu...
Heffy Azka Amalia
Heffy Azka Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

‎‧₊˚✧Penikmat Drakor✧˚₊‧ Rekomendasi: ׂ╰┈➤ Dr. Romantic 1, 2, 3 ׂ╰┈➤ Partners For Justice 1, 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Drama Anak sebagai Jembatan Pengembangan Keterampilan Berkomunikasi

6 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 6 Desember 2024   13:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Drama Pertunjukan Anak-Anak (Sumber: Pixabay)

Anak-anak merupakan individu yang unik dan aktif dengan berbagai potensi luar biasa yang berkembang secara berkala. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan anak, baik itu mencakup keterampilan menyampaikan informasi, memahami ide, dan mengekspresikan emosi serta gagasan dengan efektif. Kemampuan ini menjadi dasar di dunia kehidupan sosial sehari-hari, dan juga dunia pendidikan di masa yang akan datang. Komunikasi yang baik akan membantu anak-anak dalam membangun hubungan yang sehat dengan lingkungan mereka, menyelesaikan masalah dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dengan percaya diri.

Namun, di era digital ini, kehidupan anak-anak lebih banyak diwarnai oleh interaksi dengan smartphone, dibandingkan interaksi langsung dengan teman sebaya ataupun keluarga. Akibatnya, keterampilan berkomunikasi lisan seperti berbicara, mendengarkan, dan merespon menjadi cenderung kurang terasah. Dengan minimnya kesempatan untuk bermain di luar ruangan, bertukar cerita, atau berbagi pengalaman dengan teman sebaya semakin memperburuk situasi ini. Anak-anak akan menjadi cenderung individualis dan egois, kurang dapat memahami perasaan orang lain, dan kadang mengalami kesulitan untuk mengekspresikan pikiran mereka dengan jelas.

Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan dan pembelajaran berbasis kreativitas memegang peranan penting. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan melibatkan anak-anak dalam drama atau permainan peran. Drama anak, khususnya metode sosiodrama dan bermain peran, memberikan ruang bagi anak-anak untuk berinteraksi secara langsung dengan teman sebaya, mengeksplorasi emosi, dan mempraktikkan keterampilan berbicara dalam lingkungan yang aman dan menyenangkan. Kegiatan ini memungkinkan anak-anak untuk merasakan pengalaman nyata dari berbagai situasi sosial, seperti menjadi penjual dalam pasar tradisional, dokter yang merawat pasien, atau pemimpin dalam sebuah kelompok.

Metode sosiodrama, sebagai contoh, lebih dari sekadar permainan. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memerankan konflik sosial atau situasi nyata yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak diajak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, memahami sudut pandang orang lain, dan belajar bernegosiasi. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan komunikasi mereka tetapi juga membangun empati dan keterampilan berpikir kritis.

Peran Drama Anak dalam Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi

1. Melatih Ekspresi Verbal dan Nonverbal

Salah satu manfaat utama dari drama anak adalah kemampuannya melatih ekspresi verbal dan nonverbal secara bersamaan. Dalam drama, anak-anak dilibatkan dalam percakapan melalui dialog yang dirancang untuk menyampaikan alur cerita. Melalui dialog-dialog ini, anak belajar memperkaya kosa kata, memperbaiki pelafalan, dan mengatur intonasi suara agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh audiens. Selain itu, drama juga menuntut anak untuk menggunakan ekspresi nonverbal, seperti bahasa tubuh, mimik wajah, dan gestur tertentu, untuk menambah kekuatan pesan yang mereka sampaikan. Dengan melatih kedua bentuk ekspresi ini, anak tidak hanya menjadi lebih fasih dalam berbicara, tetapi juga mampu menggunakan isyarat visual untuk mendukung komunikasi mereka. Hal ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena komunikasi tidak hanya bergantung pada kata-kata, tetapi juga pada cara penyampaian.

2. Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan

Dalam aktivitas drama, mendengarkan merupakan kemampuan yang sangat krusial. Anak harus memperhatikan dialog yang diucapkan oleh teman-temannya untuk mengetahui kapan giliran mereka berbicara, bagaimana respons mereka seharusnya, dan bagaimana menjaga kelancaran alur cerita. Proses ini melatih kemampuan mendengarkan secara aktif, di mana anak belajar memproses informasi secara cepat dan tepat. Selain itu, mereka juga belajar memahami makna di balik kata-kata atau ekspresi tertentu yang digunakan oleh lawan bicara. Keterampilan mendengarkan ini nantinya menjadi bekal penting bagi anak dalam kehidupan sosial mereka, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, karena komunikasi yang efektif selalu melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dengan baik.

3. Mengembangkan Kepercayaan Diri

Berpartisipasi dalam drama sering kali menuntut anak untuk berbicara di depan orang lain, baik itu teman sekelas, guru, atau bahkan audiens yang lebih besar. Hal ini memberikan tantangan tersendiri, terutama bagi anak-anak yang cenderung pemalu atau memiliki rasa percaya diri yang rendah. Namun, melalui latihan yang terus-menerus, anak mulai terbiasa dengan situasi tersebut dan perlahan-lahan mengatasi rasa takut mereka. Keberhasilan menyampaikan dialog dengan baik atau menerima apresiasi dari audiens juga menjadi dorongan positif yang meningkatkan kepercayaan diri mereka. Anak-anak yang memiliki kepercayaan diri tinggi dalam berbicara biasanya lebih mudah mengekspresikan diri mereka di berbagai situasi, termasuk saat menghadapi tugas akademik, kegiatan ekstrakurikuler, atau pergaulan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun