"Mengapa kamu memberikan jawaban dari soal yang berbeda?" sambil saya senyum-senyum.
"Maaf bu, saya tanya soal dari kelas sebelah lalu belajar dengan guru les lalu saat tes saya tinggal salin tidak cek lagi" Hehe, anak-anak yang baik dan jujur.
"Soal ini, bagaimana ya logikanya menurutmu, coba jelaskan singkat saja"
"Maaf bu, aku lupa, tidak ingat sama sekali"
Untuk anak yang menjawab se"perfect" itu di lembar kertas dan seketika "blank", ow baiklah.
"Begini bu jawabannya, kita lakukan dulu penyederhanaan persamaan dengan cara dikali silang lalu kita kumpulkan suku sejenis dan ......."
Kelihatan kan bedanya dua jawaban di atas?
Ada bentuk lainkah selain tes lisan? Oh tentu, misalkan menulis. Sejak tahun 2013 saya sudah melakukan ini bersama siswa matematika saya kelas 8, hingga kini.
Guru-guru bebas melakukan eksplorasi sendiri, yang cocok untuk dirinya, siswanya dan sekolahnya. Yang sebaiknya jadi refleksi adalah bukan berpaku pada satu macam penilaian dan menjadi kaku kepada perubahan situasi, bahkan jaman. Janganlah kita menjadi orang yang menilai ikan dengan meyuruhnya memanjat pohon.
Berubah bukan hanya slogan.
Maju terus Pendidikan Indonesia.Â