Mohon tunggu...
Hedy Lim
Hedy Lim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pembelajar yang pernah mengajar untuk tambahan, lalu mengajar sebagai profesi dan mengajar sebagai panggilan. Apapun alasannya, selalu suka mengajar, dan sekarang (setidaknya menurut PLPG) adalah seorang guru profesional :p

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru dan Asesmen

2 Mei 2021   00:15 Diperbarui: 2 Mei 2021   09:14 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://onlineexamhelp.eklavvya.in/type-online-exams-can-conducted-eklavvya/

Lalu adapula yang memakai istilah asesmen untuk membedakan secara bobot dengan evaluasi lain (saya bingung di titik ini sebenarnya, bertahun-tahun mendengar istilah asesmen yang ngawur oleh mereka).

Pandemi membawa penghapusan UN dimajukan setahun lebih awal dari seharusnya. Merdeka belajar yang sesungguhnya. Digantikan dengan AKM yang mana sampai saat ini saya masih berharap positif jika AKM berbeda dengan UN, walau ada sedikit pesimis melihat sudah bertaburannya buku-buku yang dijual berlabel “sukses AKM”, sudah mirip dengan sukses UN, sukses UTBK, sukses SNMPTN dan sukses-sukses tes standar yang lain.

Merdeka belajar membawa bentuk asesmen yang dapat disesuaikan oleh pihak penyelenggara satuan pendidikan alias sekolah. Dengan nama yang menarik macam USP, EHBBKS, dan lain-lain, memberi banyak peluang melakukan asesmen. Namun sekali lagi, yang terjadi, melulu tes tertulis.

Di era belajar dari rumah, tes tertulis tetap dipertahankan. Berbagai webinar membahas langkah tes tertulis yang mendekati terbaik. Pemikiran guru-gurupun beragam. Memberikan tes seadil-adilnya bagi siswa, siswa yang usaha sendiri dan siswa yang mungkin akan melakukan tindakan "curang". Dua kamera dijadikan sebuah solusi pengontrolan, pun dengan kontrol layar. Di banyak sekolah, cara ini dianggap cukup baik.

Tidak ada "learning loss", karena sekolah tetap melakukan tryout berkali-kali, pre test, test, post test, ujian sekolah, ujian akhir. Anak-anak kalau tidak diberi tes maka tidak akan belajar. Nah, makanya pencegahan praktek curang ini penting sekali. Menurut saya, memang tidak ada "learning loss" bagi sekolah yang konsisten melakukan kegiatan belajar, tapi bukan cuma sebatas tes #duh 

Saya mengenal seorang siswi kelas 12, yang sangat rajin dan kebetulan pandai pula secara akademis. Andai anak ini siswi saya, saya tidak akan tes dia berkali-kali, dia selalu menampilkan hasil baik, untuk apa dites terus? Untuk mencari celah dia tergelincir dan nilainya jatuh lalu kita sebagai guru unjuk diri menjadi sang bijaksana dan bilang "makanya nak, harus selalu belajar, jangan lengah, jangan sombong"?

Kembali ke kritisi "hanya" asesmen tertulis, buat bapak ibu guru yang sudah melakukan asesmen non tertulis, mari kita tos dulu. Buat yang melakukan tapi berasa jadi aneh di tengah-tengah lingkungan kita, tos lagi.

Saya melukiskan asesmen non tertulis, khusus ke tes lisan, adalah sebuah bentuk asesmen terbaik, terutama di masa belajar dari rumah, dan mungkin nanti di masa hibrid. Sugata Mitra beberapa kali menuliskan di sosial medianya, mendukung hal ini. Hanya Sugata Mitra? Ah gak sah. Mungkin banyak yang berpikir begitu, namun saya meyakini, saat ini, itu yang lebih baik.

Masihkah saya melakukan tes tertulis? Masih dong, tapi dibarengi dengan bentuk yang lain.

Saya mau bercerita tentang hal yang saya alami. Suatu ketika setelah tes dan memeriksa lembar jawaban para siswa, saya merasakan dorongan kuat untuk berkomunikasi  langsung dengan siswa-siswa tersebut. Alhasil, tes lisan kembali diadakan, kali ini untuk 20% jumlah siswa dan ditambah 10% siswa yang performa sehari-hari selalu baik dan konsisten saja, sebagai survey saya.

Tes lisan pun berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun