Pada saat berkegiatan langsung synchronous dengan pear deck misalnya, ada beberapa pertanyaan yang diselipkan di sana dan meminta respon siswa. Tes per individu saat interaksi melalui papan tulis bersama, dapat langsung memberikan "feedback" pula.
Demikian pula pada saat asynchronous melalui video pelajaran, ada beberapa pertanyaan langsung diajukan melalui google form, atau melalui desmos "class builder", melalui canvas di graspable math activity.Â
Juga berkolaborasi mengumpulkan soal-soal dan tukeran menjawab soal-soal dari teman-temannya, seperti sudah dibagikan di dalam artikel ini. Setiap kegiatan dan penugasan, sebisa mungkin saya berikan komentar atau "feedback" agar siswa menyadari kekurangan atau kelebihannya di mana.Â
5. Komunikasi yang baik dan benar.Â
Saya pernah ditanya seorang rekan, apakah alat bantu terbaik berkomunikasi dengan siswa selama masa belajar di rumah? Jawaban saya, semua alat adalah baik dan dapat digunakan, komunikasi bukan berdasarkan alatnya namun komunikasi adalah konten dan tujuannya. Tentu saja termasuk pemberian "feedback" di dalamnya.Â
Ada guru yang suka menggunakan aplikasi WA saja untuk komunikasi karena cepat untuk kontak individu dan grup kelas, silahkan saja, mengapa tidak? Sejauh dipakai secara konsisten.Â
Banyak lagi yang lain semacam line, kaizala, aplikasi pesan lainnya. Kebetulan saya menggunakan email. Namun tidak menolak untuk beberapa siswa yang berkawan melalui aplikasi instagram dan menggunakan pesan instagram.Â
Menurut pendapat saya, email merupakan bentuk komunikasi praktis, resmi, konsisten dan berkesinambungan saja dengan apa yang saya lakukan di awal untuk memberikan informasi dan notifikasi kegiatan kelas.Â
Di samping email, google classroom juga dilengkapi dengan kolom meletakkan komentar atau pesan secara publik atau privat. Itupun alur komunikasi yang benar, karena semua pesan siswa akan memberikan notifikasi kepada saya melalui telepon genggam. Jadi mudah semuanya.Â
Demikian pengalaman berbagi ini. Anda punya pengalaman lain? Silahkan dibagikan agar kita dapat sama-sama belajar dan mengadaptasi yang cocok dengan kondisi dan situasi lingkungan belajar kita masing-masing.
Apakah selanjutnya ini akan menjadi kenormalan baru? Entahlah, tetapi sebagai guru, kita harus selalu bersiap untuk beradaptasi, seperti juga kita selalu bersiap menerima paradigma baru dalam pendidikan.Â