Mohon tunggu...
Hedy Lim
Hedy Lim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pembelajar yang pernah mengajar untuk tambahan, lalu mengajar sebagai profesi dan mengajar sebagai panggilan. Apapun alasannya, selalu suka mengajar, dan sekarang (setidaknya menurut PLPG) adalah seorang guru profesional :p

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2019

2 Mei 2019   07:41 Diperbarui: 2 Mei 2019   08:08 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lengkapi berkas-berkas, ajukan, buka rekening bank *** dan tambahan pendapatanpun mengalir, lumayan. Lalu yang salah apa? Entahlah, silahkan pikirkan sendiri, selama pencatatan data benar untuk sekolah-sekolah yang terlibat, tidak dibuat-buat, karena demikian aturan yang ditetapkan sang pemberi hibah, ya silahkan sah-sah saja mungkin. Tetapi jika demi data rombel dan jumlah jam tercukupi.......salahkah Pendidikan Indonesia?

Pendidikan Karakter.....

Anak-anak di sekolah itu harus lebih banyak belajar pendidikan karakter. Jangan terlalu banyak belajar menghapal dan berhitung. Apalagi pakai teknologi, nanti merusak anak-anak. 

Mereka kehilangan "rasa" kepada hal lain, terpaku pada keegoisan dan media sosial semata. Nah hayo, gimana dong. Apa sih itu pendidikan karakter? Banyak artikel tentang pentingnya pendidikan karakter, silahkan cari sendiri melalui pencarian google. 

Saya meyakini bahwa membangun karakter itu adalah melakukan perbaikan pandangan, sikap, dan perilaku terhadap diri sendiri dan hubungan dengan orang lain di dalam pekerjaan serta kehidupan pribadi. Jika kita mampu memahami orang lain dengan persepsi positif, maka mampu juga menyesuaikan diri dengan baik dalam situasi apapun. 

Siapa paling berperan di sini? Orang tua. Sudah, titik! Keluarga? Iya keluarga kecil. Keluarga besar? Yang ada nimbrung dan kepo (ini terkesan sarkastik, tidak semua seperti ini namun tidak semua pula keluarga besarmu mendidik anak-anakmu secara karakter yang baik. Nanti giliran keluarga besar bercanda soal jodoh, pekerjaan, kita juga tidak suka, bukan?). 

Mengharap pendidikan karakter di sekolah, sementara sekolah yang sama dituntut untuk menyelesaikan kurikulum, mempertahankan peringkat sekolah berdasarkan akademis, peringkat berdasarkan nilai UNBK (UNBK sih bukan syarat kelulusan lagi, sudah capek dan bosan kan dengarnya? 

Tetapi masih ada seorang kepala sekolah yang menyampaikan di pertemuan Orang Tua Siswa bahwa peringkat sekolahnya menurun akibat penurunan nilai UNBK di tahun ajaran lalu gara-gara soal HOTS. "Seorang" atau "Beberapa orang" atau "Banyak" Kepala Sekolah ya?). 

Jadi bagaimana pendidikan karakter disampaikan melalui sekolah? Orang tua banyak menuntut sekolah, sudah membayar mahal untuk sekolah swasta ternama misalnya, namun mana hasil karakternya? Andai saya tahu jawabannya, mungkin saya sudah memiliki sekolah karakter ternama di Jakarta. 

Bagaimana mau dididik dengan benar, salah ditegur, dijewer saja, Gurunya yang dilaporkan ke Polisi, ancam mau lapor HAM anak. Ada kan kejadian seperti itu. Jadilah timbul anggapan bahwa cara lain mengajarkan pendidikan karakter adalah melalui pelajaran Agama, makanya sekolah-sekolah tertentu menunjukkan identitasnya dengan Agama. 

Atas dasar itu, beberapa sekolah menjual nama Agamanya untuk basis kegiatannya. Agama dan karakter, dua hal berbeda menurut saya. Agamamu mewakili iman dan kepercayaanmu adalah tanggung jawab dirimu pada penciptamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun