Mohon tunggu...
Hedy Lim
Hedy Lim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pembelajar yang pernah mengajar untuk tambahan, lalu mengajar sebagai profesi dan mengajar sebagai panggilan. Apapun alasannya, selalu suka mengajar, dan sekarang (setidaknya menurut PLPG) adalah seorang guru profesional :p

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Reward and Punishment"

8 Desember 2017   11:43 Diperbarui: 8 Desember 2017   12:00 3307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuat siswa muncul dengan karakter baik bukan hanya dengan diberi hukuman karena salah yang bisa ditolerir. Salah tidak buat tugas sekali dengan salah memukul teman, adalah dua hal berbeda. Salah karena telat masuk kelas juga berbeda dengan salah meninggalkan kelas karena pura-pura sakit. 

Atau sebaliknya dengan diberi penghargaan kalau melakukan hal yang benar, benar di mata siapa? Apakah penghargaan berhak didapat siswa jika dia "hanya" sekali dapat 60 dari sekian nilai 40 nya? Atau berhak untuk siswa yang ranking 1 di kelas saja? Atau siswa berpakaian paling sesuai aturan?

Guru dan sekolah masih sering terjebak pula dengan sistem ini. Satu sisi sekolah ingin mendisiplinkan siswanya. Sejarah menorehkan catatan sekolah yang terkenal dengan pendidikan disiplinnya dan nilai akademik akan selalu menjadi sekolah favorit dan diminati oleh calon siswa dan orang tuanya. Demikian pula sekolah yang lebih murah secara biaya tentu saja punya peminat tersendiri :)

Dibuatlah berbagai buku tiket (yang dirobek kalau mau dipakai), tiket keterlambatan, tiket kedisiplinan, tiket kelengkapan seragam, dan lain-lain sesuai nama dan fungsi buku tiket tersebut (mungkin). Atau semuanya dirangkum dalam satu tiket bernama tiket konsekuensi untuk apapun pelanggaran siswa. Dengan nama konsekuensi menjauhkan paradigma sebagai sebuah hukuman langsung.

Diberikanlah sangsi pengurangan nilai baik akademik maupun non akademik untuk mendapatkan penghargaan dari guru atau sekolah di akhir tahun akademik. Pengurangan nilai akademik digadang-gadang masih menjadi senjata ampuh untuk mengendalikan tindakan siswa. 

Pengurangan nilai non akademik yang dipakai sebagai alat ukur karakter siswa, secara individu atau grup. Penilaian grup dimaksud untuk mendidik kekompakan, kebersamaan dan toleransi di antara siswa dalam satu grup. Nilai yang tidak berkurang atau justru penambahan itulah akan menjadi Reward yang diberikan guru dan sekolah kepada siswanya.

Datang terlambat, dapat tiket dan pengurangan nilai.

Tidak memakai sepatu seluruhnya hitam, dapat tiket dan pengurangan nilai.

Seragam kemeja keluar dari celana atau rok, dapat tiket dan pengurangan nilai.

Tidak pakai dasi, dapat tiket dan pengurangan nilai.

Tidak memakai kaos kaki / kaos kaki hanya di bawah mata kaki, dapat tiket dan pengurangan nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun