Mohon tunggu...
Heddy Yusuf
Heddy Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Ingin jadi orang bijaksana, eh..jadinya malah Bijak sini - Bijak situ...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tulislah apa yang mau kau tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cellica dalam Kisruh PDIP Karawang

3 Desember 2020   14:42 Diperbarui: 4 Desember 2020   08:10 4224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karawang -- Takut kalah menghadapi kontestasi Pilkada Karawang 2020,  Cabup petahana Cellica dengan segala cara berusaha mempertahankan kekuasaannya. Relawan paslon No urut 02 itu nekat, mencatut nama besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam acara dukungan untuk Cabup/Cawabup Cellica-Aep dengan mengatasnamakan PDIP dan Marhaen palsu.

Padahal PDIP dan Marhaen mengusung paslon No urut 01, Yesi Karya Lianti-Adly Fairuz (bintang sinetron, cucu Ulama Besar sekaligus Wakil Persiden RI Ma'ruf Amin).

Modal nekat, dipasangnya baliho ukuran besar lengkap dengan foto Cellica-Aep dan tulisan: Para Tokoh Banteng Lama Dan Tokoh Masyarakat Se-Kabupaten Karawang Mendukung Kemenangan Pasangan Calon No.02 Dengan tema "5 Tahun Menuju Penataan Karawang Lebih Baik". Acara digelar di Hotel Brits Karawang Jawa-Barat, Rabu (2/12/2020).

Kader PDIP Karawang Ngamuk 

Mantan ketua DPRD Karawang Toto Suripto (kini anggota DPRD) marah besar. Toto selaku kader PDIP yang militan, bersemangat, dan tak dapat menahan emosinya. Saking jengkelnya Toto marah-marah di hadapan sejumlah orang dan petugas kepolisian, hal itu terjadi sampai ke luar gedung.

"Kurang ajar, itu kan di spanduk ada nama partainya pak. Ada nama partai," katanya kepada petugas.

Toto menegaskan bahwa orang Marhaen PDIP tidak berkelakuan seperti yang disangkakan pada agen dukungan paslon Cellica-Aep tersebut. "Cabut baliho itu, bukan Marhaen itu," tegas Toto.

Toto menantang akan "membantai" pihak yang sudah memberikan dukungan dengan membawa nama lembaga PDIP dan Marhaen. "Akan saya bantai sama saya, kalau mengatasnamakan PDIP, saya PDIP, saya bantai semuanya," kata Toto marah besar. https://www.youtube.com/watch?v=omumPCF55RA

Di tempat yang sama, Ketua PDIP Karawang Taufik Ismail mengatakan, setiap orang punya hak untuk memberikan dukungan pada paslon manapun, tapi jangan membawa-bawa nama institusi partai, karena dilindungi Undang-Undang, kata pria yang akrab dipanggil Bang Pipik itu.

Sementara itu, Wakil Ketua PDIP Karawang Bidang Pemenangan Pemilu, Rosadi mengungkapkan pihaknya akan segera menempuh jalur hukum, melaporkan Relawan Cellica-Aep yang berani mengatasnamakan PDIP. Karena tindakan mereka itu sudah sangat meresahkan para kader PDIP lainnya," katanya.

Menurutnya, mereka itu bukan lagi kader PDIP. Karena kader PDIP harus taat dan fatsun taat pada perintah partai dan menjalankan apa yang direkomendasikan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

***

Sebelumnya ramai pula di medsos, sebuah lembaga survei abal-abal merilis hasil survei Pilkada Karawang 2020 asal-asalan. Dengan gencar menggiring opini publik seolah popularitas Cabup petahana, Cellica Nurrachadiana menjadi orang terpopuler. Absolute menang Pilkada.

Lembaga survei abal-abal itu narasinya merendahkan paslon No urut 01 sekaligus paslon No urut 03. Teh Yesi dan Kang Jimmy diletakkan di sudut yang pecundang, orang kalah. Sedangkan paslon No urut 02 Cellica-Aep diposisikan orang populer, pasti pemenang Pilkada Karawang. Absolute.

Paslon Cellica-Aep berada di angka 35,5 persen, paslon Jimmy-Yusni di angka 26,3 persen. Popularitas paling rendah malahan ditempati oleh paslon Yesi Karya Lianti-Adly Fairuz yang diusung partai besar PDIP itu, angkanya terkecil cuma 0,6 persen. Tak ayal pendukung Yesi dan Adly baper, jengkel bukan kepalang.

Dok pikiran-rakyat.com
Dok pikiran-rakyat.com
Analisis Politik Heigel 

Menurut Heigel, rezim Cellica mengalami kepanikan akut. Adalah simtom, gejala penyakit seseorang yang tiba-tiba muncul dan memburuk secara cepat, jadi panik.

"Karena takut kalah Pilkada, dia murang-maring, membabi-buta dengan melakukan segala cara. Apapun bisa dilakukannya oleh petahana yang kaya demi melanggengkan kekuasaan, sekalipun dengan cara-cara yang kotor dan tak terpuji." Kata pengamat sosial politik Karawang itu saat ditemui di kantornya.

"Dia itu kan pemimpin, penguasa, petahana. Maka dalam setiap tindakan seorang pemimpin jika menggunakan cara-cara tidak bermoral, tidak akan dihargai oleh rakyatnya sebagai teman, apalagi dihargai oleh musuh sejati, pendukung Yesi sekaligus pendukung Jimmy. Di medsos banyak kecaman ditujukan buat penguasa Karawang itu.

Cellica selama memerintah Karawang dianggap gagal, karena elitis, borjuis. Sebagai tokoh publik yang tidak dekat dengan rakyat, dia tidak memiliki akar dan koneksi sampai tingkat grassroot. Berbeda dengan pendahulunya, mantan Bupati Dadang S Muchtar dan Ade Swara yang punya kesadaran sebagai Bupati pilihan rakyat Karawang populer kedermawanannya sampai tingkat akar rumput, pelosok desa. 

Memang benar yang dikatakan Toto Suripto kader PDIP Karawang itu. Deklarasi mendukung paslon 02 Cellica-Aep palsu. Bukan dari kader PDIP dan Marhaen sejati.

Marhaen itu kan ideologi Bung Karno yang original. Marhaen itu adalah kaum melarat Indonesia. Kaum miskin yang terdiri dari buruh, tani, nelayan, pengusaha kecil, pegawai kecil, tukang becak, buruh serabutan, pengangguran dan kaum kecil lainnya. Bisa ratusan ribu populasinya di Kabupaten Karawang.

Selama menjabat Bupati Karawang Cellica yang elitis, borjuis itu malahan pernah ngasih makan beras berkutu pada rakyatnya. Ya..pada Marhaen itu sendiri. Cerita itu populer. https://www.youtube.com/watch?v=A5qt8AwGAxY

Jadi simple random sampling, metode penarikan dari sebuah populasi yang dilakukan lembaga survei yang mengatakan Cellica terpopuler itu, populer apanya?

Orang bisa saja dinobatkan menjadi terpopuler, terkenal. Tapi dia terkenal karena kebaikannya atau terkenal karena keburukannya? Maka tidak mungkin kaum Marhaen PDIP Karawang itu dukung Cellica. Nggak nyambung.

Wilayah Cikampek dan Rengasdengklok saja ingin pemekaran, berpisah dari Kabupaten Karawang karena tidak terurus, karena kue pembangunan dengan APBD Rp 4,6 triliun pembagian tidak merata. Hal itu jadi salah satu sampel gagal Cellica memimpin Karawang. http://www.lingkarkonsumen.com/2017/08/tokoh-masyarakat-rengasdenglok-ingin.html

Namun Cellica sudah merasakan bagaimana nikmatnya candu dari pesona, mewah kekuasaan, sekarang tiba-tiba muncul ketakutan dalam benaknya, yakni takut akan kehilangan kekuasaannya.

Dok. transjabar
Dok. transjabar
Untuk meraih kesuksesan kembali dan supaya bisa langgeng, penguasa sepenuhnya harus mengabaikan pertimbangan moral dan menghalalkan segala cara dengan mengutamakan kekuatan isu dan kelicikan. Nama yang terpuruk harus didongkrak, elektabilitas dinaikkan. Masa bodoh kata orang lain. Bahkan moral dan hukum harus tunduk di bawah tuntutan syahwat politiknya.

Tidak ada yang lebih nikmat dan memabukkan selain kekuasaan. Begitulah kekuasaan, karena saking nikmatnya, cara apapun akan dilakukan oleh incumbent harus mempertahankannya habis-habisan.

Kejadian baru-baru ini hanya kosmetik berbagai macam trik, taktik, strategi dan tipu muslihat dilakukan, sekalipun perbuatan itu termasuk perbuatan yang tidak bermoral. Lanjutkan...!

Deklarasi sebagai dasar utama seolah mendapat dukungan dari rakyat. Survei elektabilitas (yang pro dengan penguasa) semua ditingkatkan tanpa tedeng aling-aling dan dijadikan sebagai tameng utama untuk melindunginya.

Dia lupa di zaman keterbukaan ini, segala kelakuan, perbuatan, gerak-gerik, tindakan, cara menjalankan atau berbuat jadi tontonan. Karir Cellica sudah 10 tahun berkuasa di Karawang (2010-2020). Dan sekarang ingin lanjutkan 2 periode walau tak ada aturan yang membatasi kerakusan.

Karir politik Cellica rinciannya: 2010 menjadi Wabup mendampingi Bupati Ade Swara, Tahun 2014 menjadi Plt Bupati karena Ade Swara kena OTT KPK, dan Tahun 2015 menjadi Bupati Karawang didampingi oleh Jimmy Zamakhsyari sebagai Wabup.

Terlalu lama berkuasa juga bisa bikin otak senewen. Nasib mujur dan keberuntungan yang sudah kadaluarsa itu akan dipertaruhkan mati-matian dalam pesta demokrasi Pilkada yang akan digelar 9 Desember tutup tahun ini," pungkas Heigel. (dot)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun