"Alhamdulillah, Rektor Unsika menyetujui, saya langsung berkoordinasi dengan Bagian Umum. Walaupun ini semuanya memakai modal saya pribadi, tapi saya harus tetap berkoordinasi dengan Bagian Umum Unsika, itu penting. Karena saya membawa nama Unsika. Memang betul, saya selalu membawa nama Unsika kemana pun saya pergi," ujar Evi Silvi. Selain itu Dosen itu pun berhasil mendatangkan investor langsung dari Jakarta, PT Ahmad Juara Kencana adalah pengelola limbah yang professional.
Untuk teknisnya tentang "Bank Sampah" ini, lanjut Evi, dia siap membeli sampah gelas plastik dan sampah botol plastik dari para mahasiswa dan warga sekitar di lingkungan kampus Unsika dengan harga yang bervariatif, tergantung jenisnya dengan harga maksimal yang dibandrol, kurang lebih Rp 5. 000 per kilogram.
"Setorkan saja ke saya, nanti juga kan ada petugasnya untuk ditimbang, lalu diberi buku tabungan. Jangan khawatir uangnya bisa dicairkan seminggu sekali, akan langsung saya bayar," kata Evi menjelaskan.
Evi juga akan segera membentuk struktural keanggotaan "Bank Sampah" yang harus segera memiliki komitmen bersama. Dan harus menyadari bahwa persoalan sampah di lingkungan kampus Unsika ini harus bisa terselesaikan dengan solusi dan konsep yang direncanakannya itu.
"Setelah bapak-bapak, ibu-ibu dan adik-adik mahasiswa menjadi anggota "Bank Sampah" kita semua harus berkomitmen, bahwa masalah sampah adalah masalah kita bersama-sama. Suatu kewajiban yang harus kita selesaikan dengan cara bersama-sama pula solusinya," himbau Evi.
Menurut Heigel, Evie Silvi sebagai dosen dengan didukung Rektor Unsika harus menjadi perempuan tangguh, tegar dan maju terus dengan konsepnya yang inovatif membuat "Bank Sampah" harus didukung semua pihak terutama pemkab Karawang.
"Di negara-negara maju ada beberapa contoh kebijakan inovatif, diantaranya diterapkan di Inggris, Jerman, Australia, dan beberapa negara lainnya juga ada. Mereka meletakkan mesin penjual otomatis (vending machine) di tempat publik, yang berfungsi menampung botol plastik bekas untuk ditukarkan dengan sejumlah uang. Cara ini telah terbukti secara efektif mengurangi jumlah sampah botol plastik ke lingkungan," tutup Heigel. (dot)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H