Kompasiana –Matahari pagi bersinar cerah,Rabu 28 September 2016, kami berempat (wartawan, photographer, ketua LBH Jaringan Hukum Indonesia (JHI) dan “orang dekat” H Ade Swara) pergi dari Karawang menuju LP Sukamiskin Bandung.
Tujuannya jelas, kami ingin bertemu mantan Bupati Karawang yang legendaris itu, H Ade Swara dan Istrinya (Bunda Nurlatifah). Bagaimana tidak disebut legendaris karena H Ade Swara dan istrinya satu-satunya dalam sejarah modern perbupatian di Kab Karawang yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menghebohkan itu. Sehingga tidak heran jika ada kabar selanjutnya terdengar isyu santer Kabupaten Karawang daerah yang diincar KPK baru-baru ini.
Terlepas dari benar atau tidak, hal ini menegaskan bahwa di Kab Karawang sangat rentan dengan masalah korupsi, kolusi, nepotism (KKN) atau kemaruk kasus “penyuap-disuap”, atau tragedi hilangnya 10 - 20 miliar uang negara dianggap hal biasa saja.
Dengan APBD hampir mencapai Rp 4 triliun, para pejabat di Karawang kaya-raya dianggap normal, kebudayaan hedonism, permainan judi, golf, wisata syahwat dan kuliner hal biasa saja. Meski di sisi lainnya sawah lahan teknis rakyat semakin tergerus dominasi pabrik dan limbah di sungai Citarum semakin bau dan kotor.
Memang mau tak mau lahan pertanian di Karawang akan terkonversi. Hal ini karena wilayah tersebut dinilai sangat potensial untuk pengembangan kawasan industrialisasi modern, cocok dengan kehendak investor asing.
Pada zaman bupati Karawang Ade Swara inilah, tahun 2012-an Kabupaten Karawang dibanjiri proyek-proyek besar yaitu, Agung Podomoro, Summarecon, Agung Sedayu, Metland dan lain-lain. Sekaligus rencananya Karawang akan memiliki bandara internasional, dan kereta cepat yang berada di selatan kota Karawang.
Sebelumnya Karawang International Industrial City (KIIC) dan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Desa Parung Mulya, Kecamatan Ciampel, Karawang. Semua itu ada di sini.
Tidak heran menteri perdagangan Muhammad Lutfi di era SBY lalu, mengatakan, harga tanah di Karawang menjadi yang termahal di dunia, lebih mahal dari tanah di Beijing (Tiongkok).
Selain itu, kedatangan kami bertemu mantan bupati Ade Swara dikarenakan pula membawa “pesan penting” dari beberapa sesepuh, dan tokoh masyarakat Karawang untuk disampaikan kepada Ade Swara mengenai perkembangan terbaru di Kabupaten Karawang. Tentunya sebagai sesama saudara umat muslim kami juga ingin ber-silaturahmi, karena sesungguhnya silaturahmi sangat penting dalam kehidupan bersosial, juga silaturahmi pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk mendatangkan kebaikan; untuk menyambung kembali hubungan yang pernah terputus.
Akhirnya kami bias juga bertemu H Ade Swara dan Hj Nurlatifah di LP Sukamiskin Bandung, bnyak hal menarik yang dibicarakan, namun tak semua hal bisa di tulis di sini karena keterbatasan.
Diantara yang menarik itu pembicaraan masalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Karawang yang tidak jelas. Menurutnya, Acep Jamhuri (kepala dinas Bina Marga) saja jelas masalah keuangannya bisa dihitung, proyek-proyeknya. Tapi BPMPT tidak jelas keuangannya, masalah perizinannya, keuangannya sebab nggak ada loketnya, maksudnya tanda terimaksih kepada Bupati Karawang nggak ada loketnya.
Saat ditanyakan tentang misteri LHKPN “kebohongan publik” yang dilakukan Cellica Nurrachadiana yang ramai dibicarakan masyarakat Karawang baru-baru ini. Menurut Cellica mengaku sudah kaya sejak sebelum menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat. Hanya saja, saat pilkada 2010 Cellica hanya mencamtumkan harta kekayaan sebesar Rp 2 milyar lantaran sungkan kepada Bupati Ade Swara. Sebab, saat itu Ade Swara hanya melaporkan harta kekayaan sebesar Rp 5 milyar. " Cellica Ngaku Sudah Kaya Sebelum Jadi Wakil Bupati, karawangnews.com
Tapi semua itu dibantah oleh Ade Swara, pada waktu itu kan dikatakan di depan umum oleh Cellica sendiri, di Grand Aquila Hotel Bandung, waktu itu Cellica mau mendampingi saya menjadi wakil bupati Karawang. Cellica itu kan cuma punya uang Rp 200 Juta, di depan umum dikatakannya secara terbuka,” tegas Ade Swara.
“Bahkan waktu kampanye 2015 Cellica bawa mobil Toyota Alphard ternyata mobilnya rental,” ujar Bunda Latifah menambahkan.
Jadi pernyataan Cellica Nurrachadiana yang menyatakan, “saya sudah kaya sebelum jadi wakil bupati Karawang,” adalah bohong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H