Istilah Dark Triad Personality pertama kali diciptakan oleh Paulhus dan Williams (2002), bahwa setiap individu memiliki bayangan (shadow) yang sering kali tidak disadari dalam tiga tipe kepribadian. Machiavellianism, menggambarkan gaya interpersonal yang dingin dan manipulatif. Orang dengan tipe ini cendurung curang, dan acuh tak acuh. Â
Narcissism, menggambarkan sifat-sifat seperti kemegahan, hak, dominasi, dan superioritas dengan kata lain orang tipe ini cenderung mementingkan diri sendiri, arogan bahkan eksibisionis.Â
Psycophathy, Psikopati menggambarkan individu yang manipulatif, tidak berperasaan, tidak empatik, impulsif, dan berani mengambil risiko. Penilaian terhadap setiap calon karyawan secara kontinyu menjadi penting melalui pendekatan know your employee.Â
Hal ini menjadi challenge bagi setiap perusahaan, bagaimana menutup celah kerawanan sekaligus melakukan awareness bagi karyawan sehingga integritas dapat terjaga. Karena fraud merupakan kejahatan yang perlu diperangi bersama oleh seluruh karyawan.
Menurut ACFE, bahwa setiap perusahaan di dunia mengalami kerugian akibat fraud sebesar 5 persen dari pendapatannya pertahun. Sehingga dibutuhkan langkah-langkah pencegahan maupun deteksi yang lebih tepat.Â
Kecurangan dapat terjadi dalam setiap perusahaan, karena sifat dasar manusia yang serakah (Greed). Sebagaimana teori yang dipopulerkan oleh Donald Cressey yaitu teori segitiga kecurangan (triangle fraud) bahwa ada tiga faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud yaitu pressure (adanya tekanan), opportunity (adanya kesempatan), rationalization (adanya pembenaran).Â
Ketiga kondisi tersebut lahir dalam suatu kondisi yang bersifat akumulatif dan mendukung satu sama lain. Â Sehingga diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengatasi persoalan yang lahir dari ketiganya.
Setiap organisasi juga dituntut memiliki kemampuan dalam melakukan investigasi kecurangan, melakukan eksuksi terhadap sanksi agar dapat mencegah potensi kecurangan.Â
Salah satu elemen kunci dalam memerangi kecurangan adalah memahami tipologi kecurangan dan profil fraudster. Mengetahui apa yang dapat memotivasi seseorang untuk melakukan penipuan, termasuk lingkungan dan pemicunya, dapat membantu perusahaan merancang kontrol pencegahan yang tepat. Tidak ada cara yang homogen untuk mendeskripsikan seorang pelaku.Â
Namun, faktor umum adalah motivasi atau faktor pendorong untuk melakukan kecurangan. Apa yang dapat memotivasi sesorang untuk melakukan kecurangan sangat bervariasi, tergantung situasi dan kondisi. Terlepas dari faktor tekanan keuangan (pressure), terkadang perlakuan yang tidak adil dalam organisasi pun dapat memicu terjadinya konflik batin sehingga mengakibatkan kecurangan dapat terjadi.Â
Misalnya, adalah ketika seseorang merasa tidak dipromosikan sesuai kinerja, penilaian kinerja yang tidak obyektif, bahkan penghargaan yang semestinya diperoleh tidak didapatkan. Hadirnya tekanan tersebut, bila didukung kesempatan yang terbuka, maka akan dengan mudah individu melakukan kecurangan dengan segala alasan pembenar (rasionalisasi) atas tindakannya.