Pendidikan Tinggi merupakan ranah yang amat paling penting bagi generasi muda dalam menyongsong masa depan, bukan hanya sebagai individu, namun juga sebagai generasi penerus bangsa. Gagasan mengenai pendidikan menang tak pernah surut dibahas agar mendapat formula mujarab demi terciptanya solusi kearah yang lebih baik guna menjawab tuntutan zaman.
Di era kemajuan yang menyangkut pertukaran data terkini dalam teknologi, pemerintah, khususnya kemenristerk melakukan rekokonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan dengan mencanagkan program Cyber University menggunakan sistem perkuliahan distance learning, untuk menjawab kegelisahan anak bangsa di pelosok daerah agar dapat menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
Sedikit kegelisahan anak bangsa dipelosok, barangkali mulai teratasi jika program tersebut berjalan. Sayangnya, hingga saat ini belum ada penaganan apalagi solusi dari perguruan tinggi atau pun pemerintah dalam menghadapi permasalahan yang diderita oleh para calon maupun mahasiswa saat merasa gunda terhadap jurusan di universitas yang akan atau yang telah dipilihnya.
Bukannya bersiap menyosngsong industry 4.0, mereka masih dilanda gunda gulana dalam menyikapi persoalan remeh-temeh, yakni Jurusan. Berdasarkan penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017, sekurang-kurangnya terdapat 87% mahasiswa Indonesia mengakui bahwa jurusan yang mereka ambil tidak sesuai dengan minatnya atau salah jurusan. Akibatnya, mereka yang salah jurusan melakukan aktivitas akademiknya secara terpaksa dan tidak study secara mendalam.
Padahal, masalah seperti ini seharusnya bisa dituntaskan sebelum menginjak pendidikan tinggi, baik dengan cara menelusuri keinginan sekaligus memetakan potensi diri dan menargetkan bidang pekerjaan apa yang dinginkan, sehingga dapat berjalan seiringan dengan apa yang dilakukan sekarang. Selain itu, sudah seyokyanya bagi para mahasiswa yang tersesat tersebut bisa diadvokasi oleh kampus atau pemerintah dalam meyesali pilihannya terkait jurusan.
Jika memang tak ada tindakan dari civitas akademik atau pemerintah, maka sudah saatnya mereka (calon atau mahasiswa) tak lagi mempersoalkan salah jurusan dan menerima konsekuensi atas apa yang telah diambil dengan jalan meyakini dan meniati untuk mendalami bidangnya dan membuka mata untuk Revolusi Industri 4.0 bagi dirinya sendiri dan bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H