Mohon tunggu...
H. Lutfionin
H. Lutfionin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

it depends on you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor Penentu Kecerdasan

6 September 2022   07:32 Diperbarui: 6 September 2022   07:35 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia diciptakan dengan karakteristik yang berbeda-beda mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kecerdasaan adalah suatu kemampuan manusia dalam memahami suatu permasalahan yang mempunyai tujuan dengan cara berfikir yang rasional. Kecerdasan pada setiap individu berbeda namun seringkali dalam melihat kecerdasaan seseorang,kita melihat dengan seberapa tinggi Intelligence Quotient (IQ) yang dimiliki. 

Intelligence Quotient (IQ) adalah istilah untuk kecerdasan manusia dalam kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, belajar, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Semakin tinggi IQnya semakin tinggi pula tingkat kecerdasannya karena inteligensi dapat menjadi bekal yang akan memudahkan dalam proses belajar.

Padahal,penentu kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari seberapa IQ yang dimiliki orang tersebut. Menurut Binet dalam buku Winkel yang berjudul Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. (WS Winkel,1997:529)

Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya memberikan 20% bagi kesuksesan, 80% nya adalah faktor kekuatan-kekuatan lain, seperti kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) [L2] yaitu kemampuan dalam memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Daniel Goleman,2000:44). 

Pengelolaan emosi dalam semua hal sangat diperlukan apalagi dalam mengambil sebuah keputusan,karena kecerdasan intelektual tidak akan berarti tanpa pengelolaan emosi yang baik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, ternyata penenentu kecerdasan tidak hanya berdasarkan IQ yang dimiliki seseorang tetapi ada juga faktor lain yaitu EQ. Maka makalah dengan judul penentu faktor kecerdasan perlu ditulis dan dibahas lebih lanjut.

PEMBAHASAN

Emotional quotient (EQ) adalah kemampuan seseorang dalam mengatur diri sendiri dalam berhubungan dengan lingukan dan orang lain disekitarnya dengan menggunakan semua kemampuan psikis yang dimikinya seperti contohnya adaptasi,kerjasama,komunikasi,empati dan inisiatif. Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pada tahun 1990. 

Lalu istilah emotional intelligence ini dipopulerkan oleh Daniel Goleman yang merupakan seorang penulis terkenal dengan bukunya Emotional Intelligence. Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ).

Daniel Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa pengertian. Pertama, bahwa kecerdasan emosi tidak hanya bersikap ramah, namun juga sikap tegas yang menunjukan sifat tidak menyenangkan, namun mengungkapkan kebenaran yang selama ini tidak di ungkapkan. 

Kedua, kecerdasan emosional tidak berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk dapat berkuasa memanjakan perasaan itu, namun mengelola perasaan sehingga menunjukan ekspresi yang efektif dan sesuai dengan perasaan kita sehingga dapat membuat orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama. 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) memberikan kesimpulan bahwa manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan emosional. Pikiran rasional dikendalikan oleh kemampuan intelektual atau yang kita kenal dengan "Intelligence Quotient" (IQ), sedangkan pikiran emosional dikendalikan oleh emosi.

Salovey (Goleman, 1996) meletakan kecerdasan pribadi dari konsep Gardner pada definisi mengenai kecerdasan emosional dan dibagi menjadi lima kemampuan utama,yaitu :

1. Mengenali emosi diri

Yaitu suatu kesadaran dalam mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Hal tersebut merupakan dasar dari kecerdasan emosional, ahli psikologi menyebut kesadaran diri sebagai metamood, yaitu kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

2. Mengelola emosi

Yaitu keadaan dimana individu mampu dalam mengatasi perasaan agar dapat terungkap dengan sesuai atau tepat, sehingga terciptalah keseimbangan dalam diri individu tersebut. Hal ini dapat terwujud dengan adanya sebuah kemapuan pada individu itu seperti menyenangkan diri sendiri, menjauhi rasa cemas, selalu tersenyum, dan tidak mudah tersinggung.

3. Memotivasi diri sendiri

Yaitu mengontrol emosi diri sendiri agar tujuannya tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk memotivasi diri sendiri kita harus mempunyai sifat-sifat yang positif seperti yakin pada diri sendiri,gairah serta optimis.

4. Mengenali emosi orang lain

Menurut Goleman, kemampuan seseorang untuk peduli terhadap orang lain, menunjukkan kemampuan dalam  berempati pada seseorang. Seseorang yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menerjemahkan sinyal-sinyal sosial yang tersirat yang mengisyaratkan apa saja yang menjadi kebutuhan orang lain sehingga dapat menerima cara pandang dari sudut pandang orang lain, lebih mengerti pada perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.

5. Membina hubungan

yaitu kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga mampu membina persahabatan dengan orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan ini dapat menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar individu.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas,dapat dikemukakan simpulan yaitu memang terdapat faktor lain dalam menentukan kecerdasan seseorang yaitu salah satunya adalah Emotional quotient (EQ). IQ dan EQ saling melengkapi dalam menentukan kecerdasan pada individu tersebut. 

Karena apabila seseorang yang hanya memiliki IQ yang tinggi namun memiliki kecerdasan emosional yang rendah,maka individu tersebut cenderung bersifat keras kepala,tidak mempunyai kepercayaan pada orang lain,sulit menyelesaikan masalah dan lain-lain. Keadaan sebaliknya dialami oleh orang-orang yang memiliki IQ standart tetapi memiimi kecerdasan emosional yang tinggi.

DAFTAR RUJUKAN

Hidayati,Reni dkk.(2008).kecerdasan Emosi,Stres kerja dan Kinerja Karyawan. Jurnal Psikologi Vol.2,No. 1.

Aziz,Rahmat dan Mangestuti,Retno.(2006).Tiga Jenis Kecerdasan dan Agresivitas Mahasiswa.Malang: Universitas Islam Negeri Malang.

Thaib,Eva Nauli. (2013). Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan Kecerdasan Emosional. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA vol.13,No 2.

Amaliyah. (2017). Hubungan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa SD Muhammadiyah 29 Sunggal Deli Serdang. Jurnal ANSIRU Vol.1,No.1.

Misbach,Ifa Hanifah.(2008).Antara IQ, EQ, dan SQ. Bandung: Jurusan Psikologi,Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Pendidikan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun