Mohon tunggu...
Kelompok Menulis Heco
Kelompok Menulis Heco Mohon Tunggu... Seniman - Health and environmental campaign.

Kelompok Menulis asal Kupang yang memiliki ketertarikan pada isu-isu kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. E-mail: healthacoustic@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Delwin dalam Melampaui Batas Diri di Merauke, Papua

11 Agustus 2022   18:21 Diperbarui: 11 Agustus 2022   18:40 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini yang akan di bahas adalah salah satu jebolan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang tahun 2015. Ia mengabdikan dirinya sebagai tenaga kesehatan Nusantara Sehat. Nama lengkapnya Delwin Natalia Manao, S.KM dan biasanya dipanggil Delwin. 

Pada tahun 2018, ia pertama kali ditempatkan di salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Dia melayani di sana sebagai tenaga promosi kesehatan selama 2 tahun (2018-2020).

Banyak sekali pengalaman unik/baru yang didapat saat berada di sana. Pertama kali ia tiba di tempat tugas, yang terbersit dalam pikirannya, "Wah, seperti ini tempat tinggal saya nanti selama 2 tahun. Apakah saya sanggup?" Jauh dari keramaian, tidak ada jaringan untuk bisa berkabar ke keluarga, tidak ada hiruk pikuk bunyi kendaraan. Benaran, memang tidak ada kendaraan apapun selain 1 buah ambulans puskesmas. 

Ambulansnya berupa motor yang disambung dengan bak sampah dan ada 2 roda di belakang. Nah, ambulans ini bisa digunakan juga untuk transportasi dari dermaga Suam (nama tempat berlabuhnya speedboat) ke Puskesmas.

Gambar: Hecolab
Gambar: Hecolab

Singkat cerita, di Puskesmas Tabonji, Distrik Tabonji, ada 9 kampung yang masuk dalam wilayah kerjanya. Jarak 1 kampung ke kampung yang lain sangat jauh, yakni puluhan kilometer. 

Bila melakukan kunjungan ke kampung-kampung, biasanya rute perjalanannya adalah dari Puskesmas ke Dermaga Suam menggunakan ambulans. Lalu, lanjut menggunakan speedboat sampai ke Dermaga Kampong. 

Setelah itu, harus berjalan kaki berkilo-kilo meter, dengan medan/jalan yang hanya jalan setapak, melewati hutan, rumput ilalang yang begitutinggi, rawa-rawa, sungai-sungai kecil. Ironis sekali jika melakukan kunjungan saat musim hujan. Wah itu perlu upaya dan perjuangan besar untuk bisa melewati medan ini.

Meskipun medan dan jarak tempuh yang sangat jauh, namun antusias masyarakat di sana tidak pernah kendor. Mereka sangat antusias membawa barang-barang, obat-obatan yang kami bawa saat Pusling (Puskesmas Keliling). 

Walaupun sangat berat, tapi mereka tetap membawa benda-benda tersebut dengan memikul dan berjalan kaki puluhan kilometer.

Dengan kondisi mereka yang jauh dari hiruk pikuk kota, hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan maupun perilaku mereka, khususnya di tingkat rumah tangga maupun di sekolah. 

PHBS mereka yang buruk mengakibatkan banyak penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami. Contohnya adalah diare, cacingan, furunkel/bisul, ISPA, TBC, dan juga penyakit-penyakit kulit lainnya.

Gambar: Hecolab
Gambar: Hecolab

Sebagai seorang tenaga Promosi Kesehatan, untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, maka dilakukanlah kegiatan penyuluhan dan edukasi. Kegiatan tersebut dilakukan baik secara individu maupun kelompok, saat masyarakat berobat ke Puskesmas, kunjungan rumah, kegiatan sekolah atau saat kegiatan Posyandu. 

Hambatan dalam melakukan penyuluhan yaitu karena jarak ke kota yang sangat jauh, serta transportasi yang sulit sehingga untuk mendapatkan media dalam membantu masyarakat agar mudah memahami apa yang disampaikan. Tingkat pendididkan dan pengetuhan yang sangat kurang menyebabkan saat penyampaian materi, harus menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

Gambar: Hecolab
Gambar: Hecolab

Pelajaran berharga yang saya dapat selama bekerja di sana adalah  saya dilatih menjadi wanita mandiri. Saya juga dibentuk menjadi wanita yang kuat, di saat harus melakukan pelayanan kesehatan dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter melalui medan yang sangat menantang/memicu adrenalin.  Selain itu banyak pengetahuan baru, pengalaman baru yang saya dapat dari teman-teman lain yang berbeda profesi.

Kata motivasi yang selalu menguatkan saya yaitu: "Kerjakanlah apa yang dijumpai tanganmu dengan segenap hati seperti untuk TUHAN bukan untuk manusia."

Saya tahu bahwa untuk mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah. Saya memiliki harapan untuk masyarakat Tabonji. Asalkan kita sebagai promotor/penggerak tidak bosan untuk menyampaikan edukasi kepada mereka, pasti akan ada sedikit demi sedikit perubahan yang muncul. Saya juga berharap, selain adanya perubahan perilaku sehat, juga muncul perubahan dalam bidang lainnya. 

Selain itu, sebagai tenaga kesehatan, agar tidak hanya mau bekerja di tempat keramaian, cobalah melayani, berbagi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan sesama kita yang jauh dari keramaian kota.

Kontributor:

Cerita: Delwin Natalia Manao, S.KM

Artikel: Florani Asanab, S.KM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun