Mohon tunggu...
Kelompok Menulis Heco
Kelompok Menulis Heco Mohon Tunggu... Seniman - Health and environmental campaign.

Kelompok Menulis asal Kupang yang memiliki ketertarikan pada isu-isu kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. E-mail: healthacoustic@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan Indah Pengabdian di Kepulauan Aru Maluku

5 Agustus 2022   11:43 Diperbarui: 5 Agustus 2022   11:58 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liontin Liouvein Suruk itu nama lengkap saya. Orang selalu memanggil saya Livin. Saya lulusan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana Kupang tahun2013. Sekarang saya bekerja sebagai Tenaga Nusantara Sehat, Bagian Promosi Kesehatan di Puskesmas Feapopi, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sebelumnya, pada tahun 2015-2017 saya  pernah bertugas di Maluku tepatnya di Kabupaten Kepulauan Aru, Puskesmas Koijabi. Jarak tempuh dari kabupaten ke Puskesmas kurang lebih 12 jam dan harus menggunakan alat transportasi berupa perahu kayu yang biasa di gunakan untuk menangkap ikan oleh nelayan.Puskesmas tersebut memiliki 11 desa wilayah kerja. Uniknya 11 desa tersebut berada di pulau-pulau tersendiri lagi, jadi ada 11 pulau wilayah kerja. Kondisi wilayah  masuk dalam kategori Daerah Terpencil perbatasan Kepulauan, sehingga sangat jauh dari kata maju.

Kesan pertama ketika sampai di tempat tugas yaitu takut karena tidak mengenal siapa pun disana. Posisi ketika kami tiba sudah sore menjelang malam sehingga gelap karena tidak ada listrik sama sekali. Jaringan internet tidak ada, yang ada hanya jaringan telepon tapi sinyalnya hilang muncul. Tidak tersedia air bersih, bahkan tempat tinggal pun tidak layak huni. Tidak ada tenaga Kesehatan lain selain kami tim nusantara sehat. Bingung mau mulai dari mana karena keadaan disana betul-betul tidak mendukung. Tragisnya tidak tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan. Cukup menyedihkan kala itu, sebab begitu besar harapan seluruh masyarakat tergambar jelas dari mata dan antusias mereka. Mereka berharap dengan adanya tenaga kesehatan, mereka bisa pergi berobat jika sakit. Setelah beberapa bulan barulah pelayanan mulai dikatakan layak.

Dok.Hecolab
Dok.Hecolab

Saya akan coba rincikan beberapa kondisi kami disana. Tempat tinggal kami itu, di mess nakes yang disediakan. Namun menurut saya itu tidak layak untuk di huni karena WC tidak bisa digunakan. Sepeti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa, ditempat ini juga tidak tersediaaliran listrik. Jadi biasanya harus mneggunakan genset. Itu pun di nyalakan mulai jam 6 sore smpai jam 9 malam. 3 jam menyala hanya untuk mengisi daya alat elktronik seperti laptop, senter dan Handphone. Setelah semua daya alat elektronik terisi penuh, genset dimatikan lalu di lanjutkan dengan menggunakan lampu pelita. Mengapa? Agar hemat bahan bakar karena hanya tersedia di kabupaten saja. Itu yang saya rasakan setiap hari selama 2 tahun kami bertugas disana.

Menariknya setiap bulan, kami tenaga kesehatan harus melakukan kegiatan Puskesmas Keliling (Pusling) di 11 pulau wilayah kerja kami. Kerja tapi serasa jadi turis yang tour keliling ya kan. Nah untuk berkeliling kami membutuhkan waktu selama 5 harimenggunakan perahu. Banyak persiapan yang harus kami lakukan sebelum melakukan pusling. Diantaranyapakain ganti dan alat mandi, bekal makanan berupa beras, mie instan, air minum kemasan dan lain-lain. Bersyukurnya wilayah kerjanya adalah pesisir pantai sehingga tiba di desa barulah di sediakan lauk seperti  ikan, udang dan seafood lainnya.

Dok.Hecolab
Dok.Hecolab

Banyak hambatan yang dihadapi. Salah satunya yaitu kurangnya partisipasi masyarakat untuk menggunakan fasilitas Kesehatan. Masyarakat lebih percaya dengan obat tradisional. Ibu yang melahirkan lebih percaya ke dukun di bandingkan dengan nakes. Hal ini dipengaruhi oleh cakupan kerjanya adalah wilayah kepulauan sehingga untuk melakukan pelayanan Kesehatan darurat sangat sulit. Diperparah kami harus menyewa perau untuk ke desa yang membutuhkan pertolongan segera.

Susahnya merubah perilaku masyarakat menjadi perilaku hidup bersih karena hal adat dan kebiasaan masih sangat melekat disana. Kami tetap berusaha melakukan apapun sebisa dan semampu kami. Kalau ada yang melahirkan di tolong dukun, teman yang berprofesi sebagai bidan tetap melakukan kunjungan untuk melakukan perawatan bayi. Kami juga melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Pertama, kegiatan gotong royong kerja bakti setiap  hari jumat. Kedua, penyuluhan kesehatan anak usia sekolah dasar dan masyarakat pada umumnya. Tidak lupa juga kami selalu berkoordinasi dengan orang-orang kunci di sana yaitu pemerintah dan pihak gereja. Tapi sayangnya dari pemerintah hanya pihak desa saja yang turut aktif. Kecamatan dan link lainnya tidak aktif selama kami disana. Bahkan sekolah pun seringkali libur karena tidak tersedianya guru di tempat tersebut.

Dok.Hecolab
Dok.Hecolab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun