Penulis : Naila Nurul Rahmah, Farah Fakhirah, Annisa Dwi Cahyani, Liny Fasisca Nurul Ikhsani, Anas Setyo
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir telah membuka peluang baru bagi individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka, khususnya dalam bidang hiburan dan permainan untuk anak-anak serta remaja. Teknologi ini telah mengubah permainan yang dulunya sederhana dan tradisional menjadi bentuk permainan digital, yang kini kita kenal sebagai game. Hasil survei terbaru dari Lembaga Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta orang. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaan internet di seluruh negeri, dengan tingkat penetrasi mencapai 73,7% dari total populasi Indonesia. Survei ini juga mengungkapkan bahwa mayoritas pengguna internet adalah kelompok usia muda, dengan proporsi terbesar berasal dari kalangan remaja dan dewasa muda. Game awalnya diciptakan untuk tujuan hiburan dan sebagai cara untuk menghilangkan stres setelah seharian beraktivitas. Seiring waktu, pengembangan game semakin pesat, terutama dengan munculnya banyak game online saat ini.
Kemajuan internet telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara kita menikmati hiburan. Salah satu bentuk hiburan yang makin populer adalah game online. Mulai dari permainan santai hingga kompetisi serius, game online kini menjadi bagian penting dalam budaya digital, dinikmati oleh anak muda hingga orang dewasa, baik sendiri maupun bersama teman secara virtual. Namun dibalik keseruannya, kebiasaan ini bisa membawa resiko kalau tidak diimbangi dengan bijak. Banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar tanpa memperhatikan kesehatan. Bahkan, ada beberapa kasus di mana kecanduan bermain game sampai membuat seseorang bisa mengalami IGD. Kok bisa?
Artikel ini akan membahas pengaruh internet dan game terhadap gaya hidup kita, serta risiko kesehatan yang mungkin muncul kalau terlalu asyik main game. Yuk, baca sampai habis biar tetap sehat sambil menikmati hobi!
Pada revisi kelima terbaru dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mengatakan Internet Gaming Disorder (IGD) disertakan dalam bagian yang merekomendasikan kondisi untuk penelitian yang lebih lanjut, bersama dengan gangguan penggunaan kafein dan kondisi lainnya. DSM-5 menyertakan bahwa IGD harus menyebabkan "gangguan atau tekanan yang signifikan" dalam beberapa aspek kehidupan seseorang. Gejala gangguan permainan internet yang diusulkan meliputi: Keasyikan dengan game, sedih, cemas, mudah tersinggung, Toleransi bermain game tanpa menghiraukan waktu istirahat, Ketidakmampuan untuk mengurangi bermain, Menyerahkan aktivitas lain, Terus bermain meskipun ada masalah, Menipu anggota keluarga atau orang lain terkait intensitas waktu yang dihabiskan untuk bermain game, Penggunaan game untuk menghilangkan suasana hati yang negatif, Risiko. Berdasarkan kriteria yang diusulkan, diagnosis gangguan permainan internet mengharuskan adanya lima atau lebih gejala ini dalam setahun. Kondisi ini dapat mencakup permainan di internet dengan orang lain atau sendiri.
Pada revisi kesebelas International Classification of Diseases (ICD 11), mendefinisikan IGD sebagai "pola perilaku bermain game ('permainan digital' atau 'permainan video') yang ditandai dengan gangguan kontrol atas permainan, peningkatan prioritas yang diberikan pada permainan dibandingkan aktivitas lain hingga permainan lebih diutamakan daripada minat dan aktivitas sehari-hari lainnya, dan kelanjutan atau peningkatan permainan meskipun terjadi konsekuensi negatif."
Kasus tragis kembali terjadi akibat kecanduan game online. Seorang remaja berusia 15 tahun di Cakung, Jakarta Timur, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di dalam kamarnya. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (3/10/2024) dan menjadi peringatan keras tentang dampak buruk kecanduan teknologi, khususnya game online. terhadap kesehatan mental remaja.
Berdasarkan keterangan polisi, korban diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya bermain game online hingga larut malam. Kondisi ini membuatnya kurang berinteraksi dengan keluarga dan teman-temannya. Tidak hanya itu, kecanduan ini juga menyebabkan korban mengalami tekanan emosional yang tidak tertangani dengan baik.
Menurut psikolog anak dan remaja, kecanduan game online dapat memengaruhi perkembangan emosional dan mental anak. Jika tidak ada pengawasan atau bimbingan dari orang tua, anak dapat merasa terisolasi dan frustasi, yang pada akhirnya berisiko memicu tindakan ekstrem. "Kasus ini seharusnya menjadi pembelajaran penting bagi para orang tua untuk lebih peduli terhadap pola penggunaan teknologi pada anak-anak mereka," ujar seorang ahli.
Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya edukasi tentang penggunaan teknologi yang sehat dan peran keluarga dalam memantau aktivitas anak. Pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan dampak kecanduan game online, termasuk menyediakan layanan konseling bagi anak-anak yang mengalami kecanduan.