Mohon tunggu...
HE. Benyamine
HE. Benyamine Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wajah Rinduku

10 November 2015   01:51 Diperbarui: 10 November 2015   04:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

: Adinda

Menatap langit, bawalah keterbatasan/ketika bintang terlihat, gelap rembes dalam kerlip/rembulan bawa rindu, lapang kisah bunga bermekaran/wajah rindku membingkai purnama, tulus dalam kerlap.

Malam mengurai kepiluan terbendung/berita sekedar pembungkus dagangan/berserakan setelahnya bagai kebiasaan buang sampah/sembarangan tak peduli, kesulitan air sekedar fakta kemarau/kabut asap cuma rintihan kebakaran lahan/anak-anak kurang gizi cukup cibir kemalasan/keprihatinan bertahan hidup samarkan penindasan.

Wajah rinduku, cantik tak diam/langit masih luas, pandanglah cakrawala sertakan keterbatasan/kebebasan memilih batasnya sendiri/terindah saat romanmu terus bergerak, rembulan tuntaskan gelap.

Pemeras merampas berkah hujan, berwajah ingkar nikmat/kaum pinggiran terpasung keterbatasan/hutan gagal suksesi, para penindas menyebar api/rawa-rawa ditelan produksi keseragaman/keanekaragaman terkurung dalam ruang asap/yang bertahan hilang tempat kembali.

Wajah rinduku, tetap senyum/langit tetap lapang, panorama dalam dirimu/purnama membasuh keseimbangan langkahku/hujan di jantungmu melapangkan pandangan/arti kesepian teruntuk kerakusan juga keserakahan.

Banjarbaru, 9 Oktober 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun