Yang dilakukan Jepang selain social distancing adalah melakukan klasterisasi penduduk yang terkena Covid-19.
Menurut Kazuto Suzuki (28/4/2020), pelajaran dari penularan virus korona di Kapal Pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama pada 3 Februari 2020 menunjukkan bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa menularkan virus. Orang yang sudah terpapar virus tidak selalu dapat menularkan virus.
Dengan hipotesis itu, petugas kesehatan kemudian melacak orang yang menjadi penular virus kepada orang-orang lain di setiap klaster/zona. Orang yang menularkan virus ini lalu diisolasi dan dirawat secara khusus. Dengan cara ini maka penyebaran virus dapat dicegah.
Disamping aktif melacak penular virus, petugas kesehatan juga melakukan tes CPR kepada umum  secara gratis. Loket-loket drive/walk thru tes CPR didirikan di tempat-tempat yang mudah didatangi, seperti di lantai bawah pertokoan. Warga harus menelepon terlebih dahulu untuk dilayani agar tidak terjadi antrian.
***
Seperti di negara lain, Jepang juga menghadapi tantangan dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19.
Pembangkangan secara individual dan sporadis juga terjadi di beberapa titik kota, dalam bentuk kerumunan orang lebih dari yang diperbolehkan. Selain itu, tingginya populasi orang tua menyebabkan pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada mereka, seperti kunjungan ke rumah-rumah.
Jepang juga mengalami masalah perbedaan kondisi antara satu prefektur dengan prefektur lain. Prefektur yang warganya sedikit terkena wabah tidak ingin memberlakukan ketentuan yang diambil prefektur lain yang warganya lebih banyak terkena wabah.
Apakah cara Jepang itu efektif untuk menaklukkan virus korona, tidak ada yang dapat memastikan. Bisa jadi pemerintah Jepang akan membuat kebijakan baru yang lebih keras jika perpanjangan status darurat berikutnya tidak berhasil. <>
Herry Darwanto, 30/4/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H