Mohon tunggu...
Darwanto
Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Pria manula, purnabakti PNS

Mencari, membagi, mensyukuri...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bencana dan Berkah dari Pagebluk Covid-19

28 April 2020   22:48 Diperbarui: 28 April 2020   23:08 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa virus korona membawa malapetaka bagi manusia di muka bumi kiranya tidak ada yang membantah. Makhluk super kecil ini menyebabkan kematian dalam jumlah besar hanya dalam hitungan bulan. Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa negara-negara maju pun bisa sangat kewalahan menghadapi virus itu.


Saat ini pandemi korona masih belum mencapai puncaknya, kecuali di beberapa negara. Di Jakarta ada tanda-tanda pelandaian jumlah kasus baru setelah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama 3 minggu, namun secara nasional jumlah kasus baru masih meningkat. Pada akhir Mei atau Juni nanti pandemi ini diprediksi baru akan menurun.

***

Covid-19 tidak hanya membawa bencana, namun juga membawa berkah.

Pertama, gotong royong tingkat lingkungan semakin menonjol dengan keinginan bersama untuk melindungi warga dari masuknya virus korona. Banyak RT, RW di kota dan desa yang atas kesepakatan warga melakukan penyemprotan disinfektan, mengawasi pendatang/pengunjung, atau menyiapkan tempat untuk mengisolasi pemudik.

Kedua, sumbangan spontanitas dalam bentuk uang yang dikelola oleh banyak pihak mendapat sambutan baik dari masyarakat. Berbagai stasiun televisi dan media cetak membuat media khusus untuk menghimpun sumbangan warga. Ini menandakan rasa kesetiakawanan sosial bangsa Indonesia sangat tinggi.

Ketiga, banyak kumpulan sosial dibentuk untuk meringankan beban masyarakat seperti membuka dapur umum. Juga banyak perorangan yang memberikan bantuan sembako kepada pengemudi ojek, petugas kebersihan, petugas keamanan lingkungan, dsb. Masyarakat Indonesia layak disebut caring society, masyarakat welas asih, yang selalu silih asih, silih asah dan silih asuh.

Keempat, banyak warga yang bersedia menjadi sukarelawan untuk membantu bertugas di rumah sakit kendati resiko untuk tertular penyakit sangat tinggi. Pemerintah atau organisasi sosial akan mendapat respon positif dari masyarakat jika memerlukan sukarelawan. Transparansi dan keadilan adalah kunci pelibatan masyarakat yang berhasil.

Kelima, masyarakat semakin mengenal dunia pervirusan dengan banyaknya informasi tentang virus korona baru (SARS-CoV-2) dan penyakit yang ditimbulkannya (Covid-19). Tidak hanya peneliti atau praktisi di bidang kedokteran, farmasi, biologi, dsb. yang mendapat limpahan pengetahuan, namun juga profesi lain seperti ekonom, matematikawan, ahli IT, sosiolog, dsb.

Keenam, pemerintah juga banyak belajar dari pagebluk global ini. Penetapan lockdown atau pembatasan sosial semakin disadari harus melibatkan pemerintah daerah agar efektif. Masalah pembagian sembako yang semula rumit dapat diatasi sebagian demi sebagian, setelah melalui banyak kendala di lapangan.

Ketujuh, dunia usaha secara umum terdampak cukup berat dengan diterapkannya anjuran pemerintah untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah, yang kemudian dipertegas dengan pembatasan sosial dan larangan mudik. 

Namun tidak sedikit pengusaha yang menemukan peluang usaha baru. Dengan berkurangnya produk impor di toko online (marketplace) seperti Tokopedia, Bukalapak, dsb. produk lokal menjadi lebih dikenal dan disambut baik.


Kedelapan, dengan memanfaatkan aplikasi video conference, pertemuan/rapat/seminar/dll. dapat dilakukan secara virtual. Jika praktek ini diteruskan setelah pandemi berakhir maka anggaran rapat dan perjalanan dinas instansi pemerintah dapat ditekan secara signifikan.

***

Wabah virus korona telah memberi beban berat bagi masyarakat (khususnya sektor informal), dunia usaha dan pemerintah. Namun di balik bencana itu ada hikmah yang dapat dikembangkan menjadi berkah.

Kita perlu jeli dan tanggap terhadap peluang dan manfaat yang muncul dibalik pandemi ini dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Dengan demikian saat kehidupan menjadi normal lagi, kita bisa menjadi manusia, masyarakat dan negara baru yang lebih kuat menghadapi tantangan berikutnya. <>

Herry Darwanto, 28/4/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun