Sekedar luapan dari ingatan masa kecil yang sekarang sudah mulai jarang saya saksikan. Dahulu ketika masa kecil masih banyak film-film asing yang menggunakan teks terjemahan, tapi sekarang sudah mulai jarang saya temui film-film asing yang menggunakan terjemahan terutama untuk film yang boleh dikatakan film untuk anak-anak. Kebanyakan film untuk anak-anak menggunakan pengisi suara berbahasa Indonesia, sedangkan yang menggunakan bahasa asli atau asing sudah mulai jarang khususnya untuk acara televisi lokal. Hal itu yang mengusik pikiran masa kecil saya yang dulu banyak sekali film televisi yang menggunakan bahasa asing dan terjemahan disetiap percakapan tokoh-tokohnya.
Jika dilihat dari keuntungan penggunaan bahasa Indonesia pada film asing, kita lihat bahwa kualitas bahasa Indonesia yang digunakan jauh lebih baik dibanding acara atau film Indonesia yang ditayangkan di televisi kita. Kita juga bangga dengan banyaknya acara atau film asing yang berbahasa Indonesia kita tahu bahwa orang Indonesia sudah pandai memahami bahasa asing. Baik itu bahasa Inggris, Korea, Jepang, Cina dan sebagainya. Akan tetapi apakah pernah terpikir bahwa yang menjadi paham bahasa asing hanya mereka yang terlibat di dalamnya? mereka para penerjemah dan pengisi suara yang akan menjadi lebih paham akan bahasa asing? bagaimana dengan mereka yang menonton acara atau film tersebut? kita mungkin hanya dapat pelajaran mengenai percakapan sehari-hari dengan bahasa Indonesia. Padahal kita semestinya bisa memahami berbagai macam bahasa asing.
Masa kecil saya masih banyak acara atau film televisi berbahasa asing yang diterjemahkan menggunakan teks. Dari teks-teks kecil itulah saya mulai memahami bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Melalui teks itu saya dapat meraba-raba apa yang mereka ucapkan dan arti dari ucapan mereka. Hasilnya, lumayan saya tidak buta terhadap bahasa Inggris. Selain itu dari teks itu pula kita bisa melihat penggunaan bahasa Indonesia pada percakapan tokoh-tokohnya. Bukankah keuntungan yang didapat dua kali lipat dibanding penggunaan pengisi suara berbahasa Indonesia?
Berdasarkan pengalaman masa kecil itu alangkah baiknya jika film atau acara televisi lebih banyak berbahasa asing dengan teks terjemahan Indonesia. Terutama untuk acara-acara yang diperuntukkan untuk anak-anak. Sayangnya sekarang ini mulai jarang film atau acara "impor" kalaupun ada hanya terbatas untuk film untuk dewasa, untuk film atau acara anak semakin lama semakin sedikit. Ya saya tidak mengetahui apa alasan stasiun televisi mulai mengesampingkan terjemahan dalam teks. Tapi menurut saya akan lebih baik jika acara atau film berbahasa asing tetap menggunakan bahasa aslinya dibandingkan dengan menggunakan pengisi suara berbahasa Indonesia.
Coba sedikit kita bayangkan jika lebih banyak acara anak berbahasa asing dan memiliki teks terjemahan. Anak-anak bisa menonton acara tersebut dan belajar bahasa baru dan buat anak yang belum bisa membaca mungkin akan mulai belajar membaca dari teks-teks tersebut. kemudian sedikit demi sedikit memahami bahasa asing yang digunakan di acara atau film di televisi. Anak-anak tidak perlu terus menerus membaca teks dalam buku, akan lebih menyenangkan jika mereka menonton selain melihat mereka juga mendengar. Hal ini juga berlaku untuk remaja dan dewasa bukankah kita bisa juga belajar bahasa asing dari televisi.
Masa sekarang ini hampir setiap rumah memiliki televisi, dari televisi setiap rumah bisa belajar bahasa asing tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk les bahasa asing. Walaupun bobotnya tidak seperti les bahasa asing setidaknya kita tidak buta akan bahasa asing, terutama di masa sekarang ini betapa pentingnya bahasa asing untuk kita.
Entah ini opini atau harapan, tapi saya lebih memilih acara atau film di televisi yang berbahasa asing dan memiliki terjemahan teks Indonesia dibanding penggunaan pengisi suara. Saya pribadi ingin lebih paham bahasa asing melalui film karena lebih menghibur. Selain itu bukankan acara televisi dengan berbagai bahasa akan lebih baik? karena lewat bahasa kita bisa memahami satu sama lain.
Semoga acara televisi bisa kembali seperti saya kecil dulu, walaupun tidak paham bahasanya, aneh mendengar percakapan tokohnya, tapi itulah yang membuat penasaran. Melalui penasaran itu kita memiliki rasa ingin tahu dan dari situlah kita bisa belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H