Ini juga menyangkut bagaimana mental seorang anak dari keluarga tidak mampu itu berkembang dan menerima mana perilaku "baik" dan mana perilaku "buruk". Hal ini nantinya akan menjadi bekal bagi si anak untuk memperlakukan sekelilingnya, bergaul dengan teman sebayanya.
Revolusi Mental bukan hanya untuk jejeran "Pengurus Negara" yang setiap hari memakan uang rakyat, bukan hanya ditujukan bagi orang-orang penting yang memimpin negeri ini. Revolusi Mental juga diperuntukan kepada si Ibu yang mendidik anaknya dengan cerdas. Saya tetap setuju untuk mendidik seorang anak dengan tegas. Saya pun melalui masa-masa kecil saya dengan didikan tegas oleh orang tua maupun guru-guru saya disekolah, dan saya bersyukur untuk didikan mereka.Â
Sayangnya, saya melihat perilaku si Ibu adalah dampak dari "Lingkaran Setan" yang mengancam mental dirinya dan keluarganya. Lingkaran ini terus berputar dengan cepat seiring dengan faktor-faktor lain yang menjadi bahan bakarnya.Â
Kemiskinan, pendidikan yang rendah, serta layanan kesehatan yang tidak memadai. Tentu saja yang saya sebutkan barusan tidak sesederhana itu memang, tapi biarkan lah saya rangkum hal tersebut menjadi tiga hal besar yang berpengaruh satu sama lain.
Sehingga dalam hemat saya, kata-kata " gue tonjok lu.." yang diiringi dengan kepalan tangan kepada anak hanya menambah satu alasan dari daftar panjang mengapa individu dari lingkaran tersebut akan terus terjebak pada hal yang itu-itu saja.Â
Bahkan akan semakin merusak masa depan mereka dengan pembentukan perilaku yang salah sejak usia dini. Saya harap fokus Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapat dikembangkan sampai pada titik terkecil yang banyak menyumbang mental individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H