Mohon tunggu...
Hidayanto Budi Prasetyo
Hidayanto Budi Prasetyo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

... Jelajahi laut kemungkinan yang ada/ sebelum surut merenggut / kesempatan berlabuh tanpa rasa takut/ pada maut/ dan linangan air mata... (pekerja urban, kelahiran Ngawi-Lembah Pithecantropus Erectus, sekarang tinggal di Pesisir Grissee, --- Muara di mana air mengalir sampai jauh ---)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sumur-Mu, Tak Kurumuskan Usia yang Usai Tak Sesuai (2)

11 Februari 2016   11:41 Diperbarui: 11 Februari 2016   17:02 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/2/

Ketukan-ketukan di papan ketik,
(membayang) taman-taman bunga menanti dipetik, “ Ibu Hawa,
di detikmu dahulu, apakah kenanga
atau perdu yang kujumputi?”

Menjemputi rumus-rumus, peradaban
menjulangkan rumah-rumah menghubungkan semenanjung-
semenanjung tanpa basah, jaman-jaman beton,
apa kautanami?

Teman-teman tanpa nama itu tetabuhannya
tak terdengar di tetumbuhan, petani-petani yang menggergaji
batang padi, lalu sapi melenguh meminumi solar
dari sumur-sumur yang dirudapaksa pompa di ujung selang

Saling-silang, sesiapa selingkuhi selankang,
para binor (=bini orang) ataukah swamor (=suami orang), tapi
anak-anak gadis tak bisa rayakan ulang tahun ketujuhbelasnya, perjaka
telah tanggalkan jejaknya di celana abu-abunya

Mengabur segera abu-abu yang berarak-arak
di lanskap khatulistiwa mengabut tak di segara (-samodera), halimun
bergelung-gelung di depan beranda, anak-anak yang berhenti
membaca, tak bisa dihirupnya angka-angka

Tak berrangka rumah-rumah, pasak-pasaknya
tak bertanda baca kasrah-fathah-dammah (=a-i-u), dentum-bum bum
di dinding yang menebal musik dan candu, gawai
jadi candu berderet-deret dipajangkan

Dipanjangkannya akal pikir, dilantangkannya
suara dzikir, diparkirkannya nafsu saat parak senja, takkan tampak
wajah-wajah menjajakan keranda kecuali tengadah
mengharap kehadiran kebaikan takdir

 

Vilani-Bogor, 2015

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun