Kita telah menjadi saksi ketika usia kembali bergegasan, tak lagi bisa disaksikan nyata dalam bening plasma. Betapa kemudian naskah-naskah tak lagi dibacakan, peran-peran tak lagi dimainkan, canda-canda tak lagi dicelotehkan, lalu lagu-lagu telah berhenti dinyanyikan. Namun bukankah masih bisa ditayangkan dan diperdengarkan dalam rekaman-rekaman? Tapi telah tak ada nyata, sebab usia telah bergegasan, sebab telah tak ada lagi live, sebab kini hanya bisa mereka-reka suara siapa, wajah siapa?
Kita telah menjadi saksi ketika usia kembali bergegasan, dalam skala usia yang berbeda : tua, muda, dan paruh baya. Betapa kemudian umur bisa menghambur kapanpun bila Ia kehendaki, menuju-Nya, mengembalikan semua script dan partitur kepada Sang Sutradara Sempurna. Namun bukankah semua jejak telah sempurna dipahatkan? Tapi telah hanya ada kenangan dalam ingatan orang-orang, sebab usia telah bergegasan, sebab telah tak ada life, sebab kini hanya bisa mereka-reka, mereka yang tua, muda, dan paruh baya.
Kita telah menjadi saksi ketika usia kembali bergegasan, semuanya adalah para pria. Betapa kemudian adalah lelaki : pahlawan johan buat istri, anak, keluarga. Namun bukankah semua tumpuan cinta telah dicurahkan dalam kesempurnaan kasih-Nya? Tapi nyatanya bakalan tak habis-habis cinta, meski usia telah bergegasan, sebab telah cukup banyak love, sebab tak perlu lagi mereka-reka mereka pecinta keluarga sejati,
Adalah kemudian semua akan bergegasan dalam usia, tak lagi menjadi saksi mereka, tapi kita yang disaksikan, tak lagi mengenang-tapi yang dikenang.
Biarlah tak live dan life, tapi telah penuh sepenuh love.
Love you All, miss you All.
Pesisir Grissee, 28 Maret 2015, to my family member : Zulvia[Untari], Haykal[Bilal], Etzel[Emmerich],
(semua Illustrasi dokumen pribadi)
*******