Â
Sejak Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Kang Dul memiliki kebiasaan ketika ditanya siapapun, "dari mana?", selalu menyebut tempat terakhir yang ia kunjungi, meski itu bukan sebab tempat yang mempengaruhinya dalam bertindak. Itu pun disadari, malahan dijadikannya trik menghindar dari ibunya, Bu Fat, ketika bertanya, "mau kemana?". Seringnya ia menjawab "mau ke masjid", agar tak ketahuan kalau ia hendak bermain dengan teman-temannya. Meski begitu, akhirnya ia menyempatkan ke masjid, sekadar wudlu atau masuk kemudian keluar masjid saja.
Kalau kita terbiasa dengan multiple choice benar atau salah, Kang Dul berbohong atau jujur? Maka kita akan saling berbenturan satu sama lain oleh kebenaran personal masing-masing. Apalagi jika kebiasaan Kang Dul sewaktu MI itu menjadi konsumsi publik saat ini.
Padahal jika kita melihatnya dari sudut pandang Bu Fat, Kang Dul jujur, sebab data yang diinput Bu Fat hanya 'pergi ke masjid'. Namun Beliau tidak menanyakan selain masjid, pergi kemana lagi. Di sisi lain, teman-teman Kang Dul akan menilainya sebagai anak yang suka berbohong.
Membingungkan bukan? Sebenarnya tidak juga, asalkan kita memiliki data yang banyak, tidak sepenggal-penggal dan detail. Sebenarnya (juga) manusia tidak memiliki hak untuk menentukan secara pasti, Kang Dul berbohong atau jujur, kecuali sekadar meraba-raba. Sebab "Kebenaran hanya datang dari Tuhanmu, maka jangan ada diantaramu yang menjadi bagian orang-orang yang khawatir."[1]
—
Saat Boneng memutar lagunya Nella Kharisma, Jaran Goyang. Karyo memutar Nufi Wardhana lagu Asal Kau Bahagia. Mbah Yut memutar lagu-lagu India. Tiba-tiba Kang Dul datang, memesan teh anget, saya tanya "Kang Dul, dari mana?"
"Dari rahim ibu." jawabnya sembari menerima teh anget pesanannya.
6 Agustus 2017
—
[1]
Al Imran ayat 60
-