Mohon tunggu...
HN
HN Mohon Tunggu... Guru - Teacher - Author - Writer

Membiarkan kata abadi dalam tulisan, terbalut dengan carut marut tinta. Harapannya semoga bermanfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Slametan Riyoyo

22 April 2023   13:21 Diperbarui: 22 April 2023   13:24 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tradisi tahunan di hari raya lebaran ialah slametan riyoyo. Tradisi ini turun temurun dari zaman nenek moyang. 

Maksud dari tradisi ini ialah sebagai upaya untuk selametan/bancakan. Bentuk tradisi ini yaitu dilakukan dengan cara menyiapkan makanan/jajan dari rumah untuk dibawa ke masjid/musholla. 

Makanan/jajan tersebut bermacam-macam bentuknya. Ada yang membawa nasi beserta lauk pauk, ada yang membawa lontong sayur, ada yang membawa roti, ada pula yang membawa jajan-jajan. 

Begitu banyak makanan/jajan yang terkumpul di masjid/musholla. Duduk manis sambil menunggu bapak kyai datang. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kedatangan pak kyai sudah cukup dinanti-nanti. Lalu makanan/jajan tersebut di doakan bersama-sama dengan dipimpin oleh bapak kyai setempat. 

Slametan riyoyo ini dilaksanakan setelah sholat idul fitri. Setelah selesai sholat, warga berkumpul bersama di masjid/musholla dengan membawa segenap perlengkapan untuk selametan. Makanan/jajan tersebut ditata di depan warga yang duduk, sembari mengamini doa yang diucapkan oleh pak kyai. 

Suasana ini tentunya sangat akrab dan semarak. Antusias warga dalam melaksanakan slametan riyoyo ini terlihat sangat semangat sekali. 

Warga berbondong-bondong datang ke masjid untuk melaksanakan bancakan riyoyo. Ketika doa sudah selesai dilantunkan, kemudian makanan/jajan itu dibawa pulang untuk disantap bersama keluarga.

Wow betapa rahatnya acara slametan ini, meski hanya setahun sekali namun cukup mengesankan dan mengandung makna yang dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun