Mohon tunggu...
Hazmin Nabit Alfayyadh
Hazmin Nabit Alfayyadh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

[Bismillahirohmanirrohimm] Hidup Cuman Sekali, maka buatlah berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema, Sekolah Daring atau Tatap Muka?

4 September 2020   17:18 Diperbarui: 4 September 2020   17:24 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah lima bulan lebih, proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring.  Selama itu pula, muncul  berbagai macam permasalahan dan tanggapan mengenai kebijakan tersebut. Pendidikan di Indonesia seakan-akan terombang-ambing akibat pandemi COVID-19. Dampak COVID-19 dalam dunia pendidikan tak hanya dirasakan oleh peserta didik, namun juga sangat dirasakan oleh guru dan orang tua.

Permasalahan yang sering muncul pada pembelajaran daring di Indonesia adalah, ketidaksiapan pelajar maupun pengajar dari segi sarana dan prasarana yang merupakan akibat dari keterbatasan ekonomi. 

Selain itu, sistem kurikulum yang sangat kaku  jika diterapkan dalam pembelajaran daring,  juga dapat mengakibatkan naiknya tingkat depresi pada pelajar, karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan, guna menuntaskan target pencapaian kompetensi pembelajaran , padahal, materi yang disampaikan belum benar-benar dipahami dikarenakan perubahan sistem pembelajaran yang secara tiba-tiba. 

Pola kebiasaan juga sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran daring ini, tidak seperti biasanya,jika dipagi hari, sudah harus bersiap untuk pergi ke sekolah, sekarang dipagi hari, hanya bermalas-malasan di tempat tidur, melakukan pembelajaran daring melalui gadget mereka masing-masing dan terkadang pun mereka bolos dari pembelajaran tersebut, sehingga tingkat kedisiplinan pelajar pun menurun, hal ini tentu akan berpengaruh pada persentase pemahaman yang diserap oleh masing-masing pelajar.

Ada pula yang menganggap bahwa pembelajaran daring hanya menjadi beban. Sebagian besar  orang tua merasa kegiatan tersebut masih memiliki banyak kendala. Hal ini mengakibatkan kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan wacana sekolah tatap muka yang masih dikaji lebih lanjut sampai dengan sekarang, akan tetapi, saat ini sudah ada beberapa sekolah yang diizinkan untuk memulai proses pembelajaran tatap muka terutama di zona hijau.

Semakin meningkatnya kasus positif COVID-19 di Indonesia membuat para orang tua juga merasa khawatir jika mengizinkan anaknya untuk kembali bersekolah. Dilansir dari laman media sosial resmi kemendikbud, Nadiem Makarim selaku menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia mengingatkan bahwa orang tua diberikan wewenang penuh untuk mengambil keputusan dalam  mengizinkan anaknya bersekolah kembali dan mengingatkan kepada pihak sekolah yang sudah diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka untuk  menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Sama halnya dengan orang tua, guru pun juga merasa khawatir jika sekolah tatap muka tetap dilaksanakan.  Salah satu guru di MAN Insan Cendekia Jambi, yatu  Maryana, M.Pd. , beliau mengatakan " disisi lain ada juga dampak negatif dari pembelajaran daring pada kenyataan pelaksanaannya, seperti, masih banyaknya anak-anak, khususnya remaja SMA  yang seharusnya berdiam diri rumah, malah  keluyuran, mereka menganggap pembelajaran daring ini sama dengan hari libur sehingga mereka bebas untuk pergi kemana saja", menurut beliau kondisi seperti ini apabila terus-menerus dibiarkan malah akan menambah panjang deretan kasus positif COVID-19 di Indonesia, belum lagi diperparah dengan dibukanya  beberapa tempat hiburan, cafe, dan  mall yang jelas-jelas menarik untuk dikunjungi banyak orang dan berpotensi sebagai media penyebaran COVID-19. 

Beliau juga menambahkan "untuk sementara karena melihat kondisi yang belum membaik, kalo ibu masih memilih biarlah pada pembelajaran daring, kenapa masih memilih pembelajaran daring? Karena pembelajaran daring  ini, sebenarnya kalo dijalankan bisa sangat efektif , walaupun  dampaknya banyak yang mungkin negatif , namun pembelajaran ini tetap bisa berjalan baik, tergantung dari peserta didik, khususnya bagi sekolah dan yang paling utama itu guru, dan orang tua bekerjasama dalam membimbing anak" terangnya.  

Dapat simpulkan bahwa sebenarnya guru merupakan pihak yang mendukung pembelajaran daring dan juga mendukung pembelajaran tatap muka di sekolah, akan tetapi dengan memperhatikan dan memprioritaskan kesahatan serta  keamanan diri sendiri dan peserta didik, sehingga pembelajaran daring saat ini dianggap sebagai jalan yang terbaik.

Agar pembelajaran daring ini berjalan dengan baik dan semakin efektif perlu adanya evaluasi berkala, bukan hanya dari media pembelajarannya saja yang harus di evaluasi. Melainkan  Kurikulum pembelajarannya pun juga harus di evaluasi, karena hasil dari penugasan yang diberikan oleh guru untuk memenuhi pencapaian pembelajaran tidak menjamin bahwa itu merupakan kemampuan asli dari peserta didik, bisa saja mereka mengerjakan  tugas, ulangan, bahkan  ujian,  hanya dengan bermodalkan jawaban yang didapat dari internet. 

Ada baiknya jika kurikulum yang digunakan pada saat pandemi ini lebih menekankan pada pemahaman mendalam, dan untuk materi-materi pembelajarannya pun , sebaiknya diringkas, hanya berfokus pada materi yang sangat penting untuk dipelajari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun