"Dasar kau Keong Racun! Baru kenal aja udah ngajak tidur. Ngomong nggak punya sopan santun lagi. Kau anggap aku ini ayam kampung?" Demikian sebait kata-kata dari seorang cewe yang dilemparkan ke muka seorang lelaki yang mengajaknya check in. Kata-kata itu pun disusul dengan sabetan telapak tangan yang telak mengenai pipi lelaki yang dipanggilnya Keong Racun. Di medio malam itu, Om Cun (Panggilan akrab buat Keong Racun) terlihat sangat stress. Ia pun memutuskan untuk jalan-jalan mencari angin segar di sebuah pasar malam yang jualan "duren". Di area pasar, aroma duren sangat tajam, menyengat, membuat leher Om Cun jadi tegang, dan sejenak melupakan peristiwa yang menimpanya tadi. "Dipilih..dipilih..dipilih..." "Yang jauh mendekat, yang dekat merapat." "Duren manis..duren manis..." "Boleh belah di sini, boleh dibawa pulang juga, loh..." Mungkin karena "laper" gara-gara tak ada cewe yang mau di ajak makan dan happy-happy, Om Cun membeli satu, dan karena gengsi durennya dibawah pulang kerumah. Sesampai di rumah, Om Cun menyiapkan 'alat'nya dan langsung mem'belah duren' tersebut dengan penuh hasrat. Tak lupa ia putar film Upin Ipin yang sengaja dikeraskan suaranya. "Ahhh.. sedapnya dureennn.... " Si Keong mendesah dengan logat sedikit melayu setelah menikmati durennya. "Betul betul betul..." Terdengar suara Upin dari TV seperti membenarkan. Karena ketagihan mungkin, Si Keong pun jadi langganan di 'pasar duren' itu. Hampir tiap malam ia mondar-mandir hanya untuk mencari duren-duren baru.
***
Berbulan-bulan kemudian, tampak Om Cun sedang duduk-duduk lemas di depan ruang praktek dokter spesialis sambil memegang sepenggal kertas berisi nomor antrian. Di depan ruang praktek itu terdapat sebuah tulisan:
Di hari yang panas ia menciut
Di bawah telapak kaki ada semut
Di malam yang dingin ia mengembang
Di bawah perut ada yang menegang
Om Cun tampak menggigil membacanya sambil meraba sesuatu di bawah perutnya yang meradang. "Keong Racun..?" Terdengar suara suster memanggil dari pintu ruang praktek dokter. "Sa..saya...Suster" Om Cun menyahut dengan nada sedikit gemetar. Suster pun memberikan isyarat agar Keong Racun segera masuk. Di dalam ruang praktek, dokter melakukan anamnesa (wawancara) dan pemeriksaan fisik. Akhirnya dokter pun mendiagnosa. Karena tidak mau membuat pasiennya panik, dokter berkata begini: "Ada 2 hal yang ingin saya sampaikan. Satu berita buruk, satunya lagi berita gembira." "Apa itu, Dok?" "Berita buruknya, anda harus melakukan terapi intensif dan sering-seringlah kemari." "Kedengarannya ga terlalu buruk, Dok. Hehehe." "Nah, berita gembiranya, Anda segera akan naik tahta." "Maksudnya, Dok?" "Ya, status anda yang tadinya sebagai Keong Racun, sekarang terpaksa dinaikkan menjadi Raja Singa."
***
*Ket:Â "Raja Singa" =Â Sifilis (salah satu penyakit menular seksual pada pria)
Jojo (Google)