Mohon tunggu...
Haz Algebra
Haz Algebra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang hamba dari semua insan besar, juga hamba dari para pecundang. Menulis untuk meninggalkan JEJAK! [http://hazbook.blogspot.com/]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yuk, Buat "Peta Porno" dalam Otak...

29 Juli 2010   17:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:28 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya tertarik membuat tulisan ini setelah membaca tulisan Kompasianer Cechgentong : Seks Dan Pertumbuhan Otak, yang mencoba me-report hasil penelitian para Ilmuwan Princeton University mengenai bagaimana aktifitas seksual berpengaruh terhadap proses neurogenesis (bukan ploriferasi) di bagian otak yang bernama Hippocampus. Bagian otak ini merupakan tempat penyimpanan memori eksplisit yang berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Dijelaskan pula bahwa perilaku seks dapat menurunkan kadar hormon kortisol (hormon stress) sehingga dapat menekan (preasure) perilaku cemas (anxiety) akibat memori tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.

Sepintas saya membaca tulisan tersebut, ada dua hal yang tergambar dipikiran saya. Yang pertama, tulisan tersebut sangat bermanfaat jika di baca oleh orang yang sudah berkeluarga. Dan yang kedua, tulisan tersebut dapat dijadikan legitimasi ilmiah bagi pembaca yang belum berkeluarga untuk berperilaku seks demi alasan "kesehatan". Mengingat pembaca Kompasiana tidak hanya terdiri dari orang-orang berkeluarga (termasuk saya, hehehe), maka saya mencoba menghadirkan dampak lain dari perilaku seks yang bermanfaat tadi.

Kembali pada proses neurogenesis sel saraf yang terjadi di otak sebenarnya didasarkan pada dinamika otak yang disebut neuroplastisitas dimana sel-sel saraf otak memiliki sifat seperti plastik ( sel saraf bisa melar, memanjang, memendek, berubah, bertambah kompleks, atau hilang) yang semuanya tergantung pada prinsip "use it or loose it" (Jika dipakai akan mengubah struktur otak agar bertahan lama; jika tidak dipakai akan hilang). Informasi-informasi yang masuk ke otak kita akan disimpan dalam bentuk molekul-molekul otak yang hampir tiap hari mengalami perubahan. Jadi, di dalam otak kita terdapat molekul cinta, molekul istri dan anak, molekul makanan favorit, termasuk molekul seks. Akan tetapi molekul itu dapat musnah jika dalam jangka waktu yang lama tidak di update informasinya. Sebaliknya, molekul-molekul tersebut akan bertahan tergantung frekuensi dan intensitas informasi yang masuk. Semakin banyak informasi yang kita simpan, semakin banyak pula molekul yang terbentuk. Jika setiap hari kita memberikan informasi yang sama, maka molekul-molekul itu akan mengatur diri untuk mengubah struktur sel saraf termasuk peningkatan sinaps-sinaps (interkoneksi) sel-sel saraf yang menyimpan ingatan tersebut.

Berbicara tentang pengaruh aktifitas seks terhadap perkembangan otak juga dapat dijelaskan dengan pendekatan Neuroplastisitas ini. Kita tidak bisa menafikkan bahwa aktifitas seks merupakan aktifitas yang menyenangkan. Bahkan dosen saya yang berkecimpung di bidang neurosains, Taufiq Pasiak (Dalam bukunya; Revolusi IQ/EQ/SQ) mengatakan bahwa kenikmatan pada hubungan seks sama dengan kenikmatan ketika kita mengingat Tuhan (Misalnya, dalam shalat yang khusyuk). Akibat kenikmatan ini, pada beberapa orang dapat terjadi sakit kepala yang berat jika tidak melakukan hubungan seks. Hal ini terjadi karena kebiasaan melakukan seks menjadi bagian penting yang sudah terpatri dalam otaknya. Gejala ini merupakan gejala adiksi (ketergantungan) terhadap seks, sama persis seperti gejala adiksi pada pengguna narkoba. Semua jenis adiksi melibatkan proses neuroplastisitas jangka panjang, bahkan sangat panjang. Perilaku adiksi terhadap seks tidak lepas dari peranan molekul otak bernama dopamin dimana molekul ini menimbulkan efek perangsangan seksual hebat, peningkatan dorongan berhubungan seks, memfasilitasi orgasme dan ejakulasi, serta mengaktifkan pusat kesenangan (pleasure centre) di otak. Maka, jangan heran sehabis melakukan hubungan seks anda akan merasakan kesenangan yang hebat. Ada dua pusat kesenangan di otak; pusat yang memicu kesenangan (menggunakan molekul bernama dopamin) dan pusat senang yang menimbulkan kenikmatan (menggunakan molekul bernama endorfin). Ketika rasa senang dipicu, saat itu pula pusat kesenangan di otak segera mengirim banyak molekul otak keseluruh bagian otak untuk memerintahkan tubuh menikmati kesenangan itu. Jika proses ini terus berulang-ulang terjadi, maka akan susah untuk menghilangkan perilaku itu. Jika tidak melakukan hubungan seks, orang yang adiksi dapat memperlihatkan perilaku yang gelisah akibat perasaan yang menderita.

Di sisi lain, adiksi terhadap seks juga menyebabkan diproduksinya protein di sel otak bernama deltaFosB("FosB") yang menumpuk di sel saraf. Setiap kali kebiasaan seks dilakukan, maka penumpukan protein tersebut makin banyak sehingga mempengaruhi ekspresi gen dalam sel. Jika hal ini sudah terjadi, maka kita tidak akan dapat membedakan lagi mana seks yang halal dan mana seks yang haram. Asal dapat memenuhi kebutuhan kesenangan tersebut maka perilaku seks bisa mengarah pada perilaku seks yang tidak bertanggung jawab. Demikian halnya jika kita berupaya untuk meminimalisir kebiasaan seks (misalnya, karena menyadari perilaku seks sudah menyimpang), maka perlu usaha yang sangat keras untuk mengubah sel saraf yang sudah terbentuk tadi. Ibarat bangunan yang sudah terbangun, kita harus merombak lagi bangunan itu untuk membangun bangunan baru. Perubahan sel otak ini terjadi melalui pembentukan semacam “peta porno” dalam otak. Semakin sering berperilaku pada hal-hal porno (pornografi dan pornoaksi), maka semakin kuat pula “peta porno” itu menyeruak ke pusat kesenangan otak. Oleh karena itu, waspadalah terhadap ajakan tersirat “Yuk, Buat Peta Porno Dalam Otak...”.

***

*Saya hanya sedang belajar. Jadi, silahkan dikritik kalau ada yang salah.

Salam Hormat Dari Negeri Sex Edukasiana :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun