Dalam pandangan sosial, ada hal yang sedikit unik dimana kata-kata (words) dapat berwujud pedang (sword). Tidak heran jika ada ungkapan yang mengatakan "mulutmu, harimaumu". Satu kata seperti "Tembak!" dalam militer dapat menghilangkan minimal satu nyawa manusia. Demikian halnya ketika kita berkata yang bermakna buruk pada orang lain dapat berimplikasi pada diri kita sendiri. Nah, jika kita pahami baik-baik perbedaan-perbedaan di atas, mungkin ada manfaatnya dalam perbincangan yang mengarah pada perdebatan yang menuntut untuk dikeluarkannya peluru makian. Misalnya, ketika kita kesal pada lawan bicara kita dan ingin mengatainya "Kau manusia Anjing!". Menurut saya, alangkah indahnya makian itu jika kata 'anjing' diganti saja dengan kata 'Kalbu' yang juga bermakna 'anjing' menjadi "Kau manusia Kalbu!". Di satu sisi kita telah melampiaskan emosi kita, di sisi lain orang yang kita katai tidak terganggu emosinya alias tidak tersinggung. Malah mungkin akan memperbaiki tali hubungan persaudaraan yang retak. Wallahu 'alam.
Ya begitulah, sekali lagi bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa adalah sebuah fakta sosial yang hanya dapat diubah melalui sebuah konsensus, tapi inti dari bahasa adalah saling memahami. Bangsa kita memiliki banyak bahasa dan pembendaharaan kata baik secara etnis maupun serapan, tapi itulah bangsa kita. Bangsa yang -hanya- kaya dengan perbedaan-perbedaan. ~
***
Salam Hati, Bukan Hati :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H